Selasa, 24 Februari 2015

Review Catering Pernikahan: Permata Catering

Sebenarnya, saya kepikiran untuk menulis tentang ini karena banyak teman maupun saudara yang bertanya ke saya tentang catering waktu acara resepsi pernikahan saya dulu. Karena seringnya orang bertanya, ya sudah lah saya kepikiran untuk bikin reviewnya disini. Semoga dapat menjadi oase di tengah gurun pasir dan memecahkan kegalauan para calon pengantin yang sedang riweuh mengurusi persiapan nikah. Hehe, semangat ya mbak, mas, saya pun pernah berada dan mengalami posisi yang sama.

Dulu sewaktu saya mempersiapkan pernikahan, hal yang paling menurut saya dan keluarga harus dipikirkan dengan matang ya soal catering ini. Makanya, hasil pemilihan catering ini ga heran melewati pertapaan di Gunung Selamet selama 3 hari 3 malam, ditemani kicau burung hantu, suaranya merdu. Kuku..kuku..*eh,kenapa jadi nyanyi?hehe, kidding friends. Ga selebai itu lah proses pemilihannya dulu, apalagi sampe bertapa segala. hadeeh. Kemarin itu sih prosesnya gini (kemarin?udah hampir 3 tahun lalu keleus), saya hunting gedung nikah dulu, dimana biasanya saat kita bertandang ke kantor gedung nikah yang kita tuju, pengurusnya punya banyak brosur/pamflet catering yang menjadi rekanan mereka. So, dari situ lah perjalanan pencarian catering saya dimulai. Setiap berkunjung ke calon gedung pernikahan, pasti saya ambil tuh brosur dan pamflet yang bejibun itu.

Setelah itu, saya pelajari satu per-satu brosur dan pamflet tersebut. Seleksi kali ini mulai dari penampakan brosur/pamflet dari si catering (bok, first impression do reflects loh), harga paket yang ditawarkan, fasilitas dan fitur yang diberikan dari masing-masing paket sampe kepada menu yang ada. Haha, aseli nyari catering aja udah mirip sama nyari jodoh *smirk. Dari hasil studi pamflet dan brosur yang menggunung itu, terkerucut lah menjadi 3 pilihan vendor catering, yaitu Permata Catering, Difa Catering sama Sintaro (ini kalo ga salah inget ya namanya yang dua lagi.hehe). Dan sebenernya ada satu lagi catering kawakan yang bikin saya penasaran, tapi harganya ga masuk budget (Puspita Sawargi). 

Kemudian mulai lah saya menelpon 3 catering tersebut, plus 1 catering yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Saya bertanya dengan rinci mengenai paket dan harga yang ditawarkan, meminta mereka untuk mengirimkan proposal penawaran kepada saya dan menanyakan apakah bisa melakukan test food. Yup, keempat catering tersebut saya jabanin test food-nya supaya lebih yakin, dengan prinsip, lidah pasti gak bisa dibohongi, Haha. Alhasil setelah melakukan test-food dan melihat pernikahan yang disiapkan oleh masing-masing catering, akhirnya saya kepincut dan jatuh hati kepada Permata Catering. Sebenarnya ketiga catering tadi punya keunggulan dan kelemahan masing-masing, seperti contohnya Sintaro Catering ini menurut saya bagus dan total dalam hal design dan dekorasi pernikahan, sementara Difa Catering menawarkan banyak bonus. 

Tetapi, saya menemukan versi lengkap check list saya yang saya harapkan dari sebuah catering, ya di Permata Catering ini. Emang apa saja sih pertimbangan saya memilih Permata Catering?
  • Semua menu makanan yang saya coba saat test food di Permata, memiliki rasa yang endang surendang bambang seus alias paling ueeenak dibanding catering lainnya. Bahkan, dibandingkan dengan Puspita Sawargi yang akhirnya saya datangi test-foodnya di pameran wedding di JCC (namanya juga perempuan ya cyiin, ga afdol kalo ga dicobain semua). Makanan yang disiapkan Permata Catering lebih kaya bumbu (usut punya usut pemiliknya dan juru masaknya kebanyakan dari Padang, dimana orang Padang kalau masak pasti berani bumbu. Siapa yang bisa menandingi kelezatan rendang?haha). Menu yang saya rekomendasikan dari Permata Catering itu udang saus mayonaise, dendeng balado garing, siomay dan zuppa soup-nya, Yummy!
  • Porsi makanan yang disiapkan bukan porsi main-mainan. Hehe, maksudnya, besar dan ukuran dari makanan yang disiapkan memang pas dan sesuai proporsi mulut dan perut orang Indonesia. Contoh ya, siomay di Catering A jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang disiapkan Permata. Ya, terus nanti tamu saya masa ga kenyang gegara porsi makanannya yang kekecilan. hehe
  • Harga yang bersahabat. Dengan rasa yang maknyus, fasilitas dan fitur paket yang cukup banyak, Permata lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Mungkin banyak catering lain yang sama lezatnya atau bahkan lebih enak, tetapi harganya diluar budget saya.
  • Pelayanan yang optimal. Mulai dari test-food yang akhirnya saya lakukan dua kali loh, Permata tidak berkeberatan. Ya maklum lah, namanya pernikahan kan menyatukan dua keluarga, jadi orang tua kami (orang tua saya dan suami) juga harus setuju dengan pilihan catering kami. Karena kata mama saya, yang paling banyak diperbincangkan saat acara pernikahan ya cateringnya. Bahkan setelah pernikahan selesai pun, Permata masih menjalin hubungan dengan saya.
  • Tata rias dan dekorasi yang cukup memuaskan. Ketika saya memutuskan mengambil paket catering dari permata, otomatis saya juga menggunakan tata rias dan dekorasi dari permata. Ada beberapa salon yang disediakan, dan saya memilih Anjani Salon untuk mengurus tata rias dan pakaian kami. Kebaya-nya bagus dan classy cyiiin, tata riasnya juga soft dan cantik. Silahkan cek foto tata rias dan pakaian saat saya menikah ini ya:



Foto pas penyematan cincin nikah (Hiraukan muka lempeng suami saya ya. Haha)

Intinya, saya puas dengan makanan dan pelayanan yang diberikan oleh Permata Catering. Saking sudah tau kualitas dan pelayanan Permata Catering, keluarga saya cukup dekat dan banyak yang memakai Pemata Catering setelah pernikahan saya. Mulai dari pernikahan adik saya, sepupu-sepupu saya, teman dan sahabat-sahabat saya. Oh ya, saya juga kenal baik dengan salah satu marketing Permata yang memang mengurusi semua pernikahan saya, keluarga dan teman-teman saya. Bahkan, saking dekat dan kenal baik dengan si Mba Catering ini, dia sering kali memberikan diskon dan bonus jika tahu yang akan menikah nantinya adalah keluarga atau teman saya. Nah, buat kamu yang mau nikah dan memilih permata catering, saya juga bisa bantu mengenalkan kamu dengan marketingnya yang sudah saya kenal baik itu. Saya juga bisa merekomendasikan supaya kamu dapat diskon dan bonus (saya ngalamin sendiri, kalau lagi persiapan nikah gini, potongan harga alias penghematan uang akan sangat membantu) . Oke, happy catering hunting ya, pals!.

PENTING: Buat teman-teman yang tertarik atau ingin tahu mengenai Permata Catering dan Nomor kontak Marketing Permata Catering kenalan saya, harap langsung mengirimkan email ke saya ya di: glysistrata@gmail.com atau lysistratagena@yahoo.com. Mohon jangan comment dibawah artikel ini ya untuk menghindari penyalahgunaan email teman-teman oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Saya tunggu emailnya ya. Thanks!  

Awas! Peduli itu Menular loh...

Ah, akhirnya bisa nulis disini lagi. Dari kemarin-kemarin tangan sudah gatel banget pengen tumpahin perasaan *haseeek #langsing eh langsung kebayang semangkok bakso yang tumpah. Ya beginilah kalo nulis blog pas lagi kebangun tidur malem dan kelaperan *backsound kriuk kriuuuk orkestra perut pun mengiringi. Anyway, saya baru sempet nulis disini lagi karena dari awal Februari kemarin lagi sibuk ngurusin SOCFORTY (Social Campaign For Charity) part One dengan tema Stop Child Abuse. Harap maklum yah, karena saya cuma bisa nulis di saat anak saya, Janthra, sedang tidur, entah siang atau malam. Nah, kemarin-kemarin spare time itu dipake buat share info tentang kekerasan pada anak via twitter dan FB. Jadi, sempet absen dulu nulis blog-nya.

Mau cerita sedikit ah tentang SOCFORTY, tentang awal mula-nya dan kenapa saya mau melakukan hal tersebut. Mungkin banyak orang yang nyinyir ketika pertama kali saya mempunyai ide untuk membuat mini social campaign: Stop Child Abuse! di bulan Juli 2014 lalu bertepatan dengan Hari Anak Nasional yang juga tanggal ulang tahun anak saya. Beberapa teman yang saya tanyakan pendapatnya mengenai hal ini berkomentar macam-macam, ada yang bilang ngapain sih saya capek-capek ngurusin hal itu yang bukan tanggung jawab saya, atau nyinyir dengan bilang ide saya itu ga akan laku dan orang gak akan mau beli kaos untuk menyumbang. Sedih sih dengernya, tapi ya nggak apa-apa, toh semua orang memang berhak memiliki pendapat yang berbeda (tapi mungkin akan lebih enak kali ya kalo disampaikan dengan baik-baik.hehe).

Tapi saya mikirnya gini, mungkin orang-orang yang berpendapat nyinyir itu, menganggap bahwa masalah sosial atau isu sosial yang ada di sekitar kita, bisa jadi kita ngerasa itu bukan tanggung jawab kita, kalau kita belum terlibat atau mengalami hal tersebut secara langsung. Ya tapi, masa iya, kita kudu harus mengalami kejadian itu langsung baru peduli?kan nggak juga. Kalau rakyat Indonesia yang banyak itu semua mikirnya kayak gitu, terus apa jadinya negeri ini?pantes aja banyak masalah yang ga selesai, salah satunya ya karena rakyatnya cuma mau ongkang-ongkang kaki ga peduli sama lingkungan sekitar. Padahal yang namanya pembangunan, aktornya itu ya ada tiga, pemerintah, perusahaan (swasta) dan masyarakat. Halah, seketika jadi pusing pala barbie kalo ngomongin beginian =p.

Lanjut ah. Untungnya, masih dapat dukungan dari July 2013 Birth Club The Urban Mama, tempat saya selama ini tergabung bersama emak-emak kece yang luar biasa istimewa. Kapan-kapan saya juga mau nulis ah tentang Birth Club saya ini. Hehe. Lalu, dengan kekuatan bulan, eh kekuatan semangat dari emak-emak tersebut, mulai lah saya mewujudkan ide saya itu. Idenya cukup simpel dan mungkin juga sudah banyak orang yang melakukannya. Saya ingin melakukan kampanye persuasif mengenai isu kekerasan pada anak. Pada mini social campaign saya yang pertama, saya mengerjakan semuanya sendirian. Mulai dari pematangan konsep, pembuatan ide kaos, mencari rekanan produksi kaos, promosi dan distribusi sampai pada penyerahan hasil keuntungan kaos pun saya lakukan sendirian. Oh ya, di mini social campaign saya yang pertama, saya membuat kaos bertema STOP CHILD ABUSE untuk anak usia 0-8 tahun yang hasil keuntungannya disumbangkan kepada Panti Balita di bilangan Jakarta Timur yang katanya juga banyak menampung balita korban kekerasan dan penelantaran. Lebih jelasnya tentang mini social campaign saya ini, monggo dibaca di http://theurbanmama.com/articles/mini-social-campaign-stop-child-abuse.html 

Alhamdulillah, ternyata hasilnya cukup baik dan mendapatkan respon positif, terutama setelah artikel saya dipublikasikan oleh The Urban Mama. Bahkan, salah satu pelopor rental perlengkapan baby di Jakarta, Bambino Piccolo menawarkan kerjasama yang akhirnya tertuang dalam SOCFORTY. Yap, SOCFORTY ini semacam project lanjutan dari mini social campaign yang saya buat sebelumnya. Metodenya masih sama, pakai metode crowdfunding via jejaring sosial di internet untuk menghimpun dana. Tetapi, berbeda dengan mini social campaign saya sebelumnya, SOCFORTY ini memiliki fitur tambahan (sedap, bahasa fitur,macam HP saja), yaitu mengedukasi dengan cara menyebarkan informasi terkait dengan tema, supaya bisa lebih aware atas isu yang ada.

Well, periode SOCFORTY-nya pun sudah selesai pada tanggal 22 Februari 2015 kemarin. So, sekarang istilahnya lagi dalam masa tenang, dimana rekanan distro pembuatan kaos-nya sedang memproduksi kaos tersebut. Jadi, saya bisa bernafas lega dan mengurus beberapa hal lain di masa ini. Hehe. Saya belum tahu sih, berapa kaos yang berhasil terjual atau berapa dana yang sudah dikumpulkan untuk didonasikan ke YKAI, tetapi berapa pun itu, saya sangat menghargai teman-teman yang mau peduli dan ikut berpartisipasi dalam project ini. Selain itu, saya juga berharap pesan yang ingin saya sampaikan tentang kekerasan pada anak dapat diterima dengan baik. Paling nggak, orang-orang yang menjadi followers saya di twitter bisa tahu sekelumit info tentang kekerasan pada anak dan tahu apa saja yang bisa dilakukan jika menemukan kasus tersebut. Oh ya, tulisan lebih lanjut mengenai SOCFORTY, dapat dibaca di http://theurbanmama.com/articles/socforty-one-stop-child-abuse.html

Mungkin saya adalah orang yang naif. Yang berharap satu hal kecil yang kita lakukan, bisa bermanfaat bagi orang banyak. Mungkin banyak orang di luar sana, yang tertawa melihat saya rela meluangkan waktu dan capek-capek mengurusi hal yang termasuk kategori charity ini. Tetapi, dengan saya memulai kegiatan ini, beberapa teman mulai terinspirasi melakukan gerakan yang sama. Seorang teman saya yang berprofesi sebagai dokter gigi berencana membuat kampanye yang sama dengan tema berbeda. Pun teman saya yang baru memiliki bayi, ia terpikir untuk melakukan hal yang sama dengan saya karena melihat kejahatan terhadap bayi di jalanan. Well guys, saya melihat-nya, saya melihat dan merasakan yang mungkin kalian belum lihat dan rasakan. Saya melihat dan merasakan semangat positif yang terus berdenyut dan menular untuk melakukan perubahan. And it feels so great! 

Selasa, 10 Februari 2015

Tanya Syahdu

Tulisan ini disponsori oleh kejadian sejam lalu. Jika sedang menyusu, biasanya Janthra lebih banyak melakukan aktivitas fisik (baca: jungkir balik, nendang2, bolak-balik badan, niban badan saya, dll) daripada ngomong sama saya. Ya iyalah masih toddler dan belum banyak kata yang bisa diucapkannya juga. Hehe. Kalaupun ada masih sangat terbatas dan saya pun sering bingung mengartikan kata-kata ajaib yang diucapkan ataupun bahasa tubuhnya. Tetapi tadi, tiba2 saja Janthra, berhenti menyusu. Saya pikir sudah kenyang atau meminta ganti ke PD yang sebelahnya. Tapi ternyata tidak. Dia diam selama beberapa detik, menunduk, lalu menatap saya sambil berkata lirih: "Maaa...Papa?" 

Ah,rupanya anak saya merindukan papa-nya. Dua kata itu saja sudah cukup rasanya merefleksikan kalimat pertanyaan yang cukup panjang. Mungkin kira-kira begini: "Ma,papa mana sih?kok udah 3 hari ga keliatan?2 malam ini juga ga tidur bareng kita?" Hehe. Padahal, pas papanya janthra masih di airport soetta menuju Sarawak, justru papa-nya lah yang sudah merindukan janthra dengan bertanya hal-hal seperti: "yang,janthra udah nyariin aku belum?udah manggil-manggil nama aku belum?" Hihi. Lucu ya chemistry antara anak sama bapak ini. Sabtu lalu pun kami sempat menghabiskan waktu bersama di salah satu mall di bilangan Jakarta Selatan, dekat dengan kantor.  Ya,kami memang punya kebiasaan untuk pergi bersama dulu sebelum papa janthra pergi bertugas. Anyway, akhirnya , saya jawab pertanyaan janthra: "ohh, papa sedang pergi nak, kerja untuk cari uang buat janthra. Nanti seminggu lagi mungkin sudah balik berkumpul lagi sama kita ".

Sesaat Janthra sempat mengernyitkan kening tanda bingung sambil mendengarkan penjelasan saya. Namun, sesaat kemudian, dia mengangguk dan melontarkan senyum khasnya. Senyum yang menguatkan saya, juga suami saya. :). Ya, beberapa bulan terakhir memang terasa berat buat kami, kami sedang diberi ujian, yang insya allah akan menguatkan kami. Kembali ke Janthra, Akhirnya Janthra pun kembali menyusu seperti semula, kali ini sambil terus tersenyum menatap saya, seolah mengerti bahwa papa-nya sedang mencari nafkah untuk kami sekeluarga.

Nak,mari kita doakan papa yang sedang melakukan perjalanan dinas ya. Agar diberi kemudahan dalam melakukan tugas dan diberi keselamatan hingga nanti berkumpul dengan kita kembali. Walau jarak memisahkan kita, rasanya doa dapat menyatukan kita..





Jumat, 06 Februari 2015

Pengen ini, pengen itu..saya banyak mau!





Dari jaman awal lulus kuliah dulu (2008), saya udah mulai kerja dan cukup banyak kesibukan. walaupun gak kerja kantoran tiap hari (pengalaman kerja office hour saya minim banget, terhitung cuma 3 kali), tetapi pengalaman kerja saya yang berdurasi, misal 10 hari, 3 minggu, sebulan, 3 bulan itu cukup bikin badan posesip sama kasur (kalo udah sampe rumah) dan gak banyak keinginan alias banyak maunya. Hehe. Entah karena terlalu sibuk dan capek sampe akhirnya ngerasa ga punya energi lagi untuk kepikiran dan ngelakuin ini-itu, atau sayang duit hasil kerja dipake buat ini-itu?haha #meditabangeta

Tetapi, semenjak saya resign dari kerja kantoran mulai september 2014 lalu, dan mulai beralih jadi ibu rumah tangga, kok rasanya mulai banyak keinginan yah. Sedari tadi ngomongin ini-itu tuh maksudnya apa ya?haha. Mulai berasa kayak mama saya yang kalo ngomong suka kayak gini gayanya: "Kak (saya dulu biasa dipanggil kakak karena anak pertama di keluarga), si ini kok ga jadi beli itu ya?jadi tuh mama bingung, maunya dia yang mana sebenernya, dikasih ini ga mau, dikasih itu ga mau ". Si ini tuh siapa?itu yang ditawarin beli itu maksudnya apa? *Kemudian pening. Aseli persoalan ini-itu di keluarga saya memang cukup berat sodara-sodara.hehe. Atau kayak salah satu senior peneliti di kantor saya, sebut saja Pak Z, yang hobi menyebut segala sesuatunya dengan sebutan dalam bahasa Jawa: "Anu" atau "Opo". Suatu ketika, saat meeting larut malam di salah satu kampung yang kami assess di kalimantan, terjadilah percakapan yang demikian: 
Pak Z: "Yang saya maksud itu..anu'..opo..maksudnya itu si anu pergi bareng aja, nanti pake kendaraan opo iku namanya.."
Mba A: *Hanya bingung menatap Pak A dan berusaha menerka perihal anu dan opo
Saya: *Berusaha menahan tawa sambil ngitungin berapa anu dan opo yang disebutkan si bapak.hehe

Duh, ngalor ngidul ceritanya. Jadi, yang saya maksud pengen ini dan pengen-nya itu saya adalah:
1. Pengen sekolah lagi. Ini sebenernya keinginan yang sejak lama ada, cuma gak kunjung diwujudkan karena berbagai faktor, dari mulai waktu, biaya, sampe perihal gak pede ajuin aplikasi buat beasiswa. Good news-nya: Bapak suami sudah berbaik hati membiayai saya ikutan workshop IELTS dan Tes IELTS. Hasilnya pun sudah keluar, walau cuma dapet 6.0 untuk overall band. Kurang 0,5 lagi untuk bisa apply LPDP (beasiswa idaman pemburu beasiswa), tapi masih cukup beruntung untuk bisa apply AAS, Fulbright, New Zealand scholarship, karena minimum requirement mereka .untuk IELTS 5.0-6.0. Sekarang tinggal pusing-pusing siapin form aplikasi, research design, motivation letter dan letter of reference dari dosen.

2. Pengen bisa kerja lagi. Kalo yang ini sih di kasus saya sebenernya lebih kepada kebutuhan finansial ya, secara punya anak, pasti banyak pengeluaran. Tapi ada juga sih keinginan untuk aktualisasi diri, bisa nerapin ilmu dan keahlian yang dimilikin, punya penghasilan sendiri (biar enak kalo mau beli apa-apa, tanpa ngebebanin suami ;p)  

3. Pengen punya usaha sendiri. Sebenernya pas hamil janthra, saya sempat buka online shop perlengkapan bayi, lumayan lah buat nambah-nambahin jajan kalau lagi kepengen bakso, siomay, pempek, atau steak ;D. Cuma sekarang lagi terkendala modal, walau masih ada beberapa temen yang percaya untuk pesen barang perlengkapan bayi ke saya. Selain itu, ada temen di luar kota yang rencananya juga mau minta bantuin saya untuk jadi shopper offline storenya (semoga jadi, lumayan buat sampingan. hehe). So, jualannya sekarang pake pola by request ajah. Hehe. Ke depannya sih pengen punya toko offline atau clothing line buat baby and toddler. Semoga ada jalan dan rejeki. Amiin.

4. Pengen bisa jahiiiitt atau punya mesin jahit. Yang ini pengen yang sifatnya kambuhan dan sedikit kompulsif. Kambuhnya itu kalau lagi liat instagram atau barang-barang lucu dan unik hasil karya buatan tangan sendiri. Ishhh pada kreatif-kreatif banget sih orang-orang ituuhh..tangannya luwes bener yah.hehe. Kompulsifnya, kalo udah kepengenan banget, biasanya langsung buka youtube buat cari video tutorial belajar jahit. Haha. Kayak kemaren nyobain belajar tusuk jelujur sama tikam jejak. Mayannn..

Yahhh, masih banyak lagi sih sebenernya pengen ini dan itu-nya saya. Tapi saya pikir itu gak salah, selama pengen ini-itu-nya gak menyusahkan atau merugikan orang lain. Sah-sah juga kan setiap orang punya mimpi dan keinginan. Kalau buat saya sih, yang terpenting itu ya berusaha memeluk mimpi dan keinginan itu melalui usaha dan doa. Seperti quote favorit saya di awal pembuka tulisan ini ;)




Alamakjantruth?!


Sebenernya post yang pertama ini cuma tulisan asal dari saya yang kebingungan mau nulis apa ketika blog-nya sudah jadi.hehe #maklum pengguna blog baru *sungkem sama para senior blogger ;p. Gak baru-baru amat juga sih, dulu pernah bikin blog tapi trus males nulis dan lupa password (ini klise emak-emak banget, males dan daya inget menurun karena kebanyakan urusan domestik.haha). Kemudian, sempet ngobrol sama seorang sahabat, yang menyarankan saya untuk membuat blog, jadi bisa bebas ekspresiin cerita atau perasaan. Very good point of her! Jadilah saya memutuskan untuk aktif dan membuat kembali blog. Rencana sih biar belajar dan terbiasa menulis juga (Manusia boleh merencanakan, tetapi Tuhan juga yang menentukan.#ehh)

Ya udah deh, posting pertama saya tentang kenapa blog ini dinamain alamakjantruth aja yah?hehe. Tadinya sih mau namanya alamakjan aja, yang merupakan singkatan dari Ala Emak Janthra. Aseli gak kreatif banget, tapi gimana dong enak, catchy banget soalnya, haha. Tapi sayangnya nama itu ga tersedia. Anyway, Janthra itu nama putra saya, nama panjangnya Janthra Dhiranayaka Harlend. Ambilnya dari bahasa sanskerta yang artinya: Janthra (Harapan, Tujuan, Kemauan, Keinginan), Dhiranayaka (Cerdas, pemberani dan bijak - kalo gak salah sih begitu), nah yang terakhir nama belakang bapake alias suami saya, Harlend. Bukan, bukan keturunan Belanda-Jerman seperti yang sok dia ceritain sebagai bahan joke ke orang-orang kalo kenalan *salim tangan ke pak suami, melainkan aseli orang padang. Nah ini, terkadang saya masih suka terkagum-kagum mendengar nama-nama orang padang yang kebarat-baratan. Mungkin buat bekal go internasional kali ye, kan orang padang terkenal dengan budaya merantau-nya tuh, siapa tau merantau sampe luar negeri kan, bakal adaptif banget tuh secara namanya udah mirip orang bule ;D

Never mind, lanjut dengan nama blog ini. Lalu kenapa Truth?saya suka banget manggil anak saya jantruth.hehe.Selain itu sih pengennya blog ini jadi cerminan sebenar-benarnya saya. Supaya saya bisa bebas cerita apa saja. Tentang keseharian saya, hal-hal menarik yang saya temui, apapun itu. Well, semoga aja saya bisa konsisten nulis kayak sahabat saya yang buat saya udah kayak mentor yang paling baik itu. hehe. Dan, semoga saja apa yang saya tulis nantinya bisa bermanfaat buat pembaca. Happy blogging and reading, fellas!



Salam,



Gena Lysistrata aka Makgen/Makjan