Minggu, 23 Oktober 2016

Coffee, I’m in Love!



Saya bukan penikmat kopi. Bukan pula pecinta kopi. Ketika pergi ke kedai kopi, saya akan memilih untuk memesan minuman berbahan dasar teh atau coklat. Yes, I’m a green tea and chocolate lover. Namun, setelah saya menghadiri sebuah event bertajuk “Sarasehan Urang Gunung” pada hari Senin lalu, 17 Oktober 2016 di kawasan Gunung Puntang Bandung, banyak hal yang baru saya ketahui tentang kopi. Sejarahnya yang menarik dan wangi-nya yang menggoda. Well, Coffee..I think I’m in love with you!.

Sepotong Kecil Sejarah Kopi Indonesia

Hal paling menarik yang saya alami ketika mengikuti acara ini adalah ketika saya dan audiens lainnya dapat menyaksikan film dokumenter dari sutradara muda bernama Budi Kurniawan. Menurut saya, ia sukses mengemas sejarah kopi di Indonesia dalam balutan gambar gerak yang memanjakan mata. Judul film dokumenternya: Aroma Of Heaven. Film ini sukses menyabet beberapa gelar di penghargaan film internasional loh. Rencananya, akan ada 6 film dokumenter lainnya tentang kopi Indonesia yang akan dirilis. Jadi, totalnya akan ada 7 film dokumenter tentang kopi Indonesia. Salah satunya “The Legacy Of Java” yang baru akan dirilis tahun depan.

Cover Film "Aroma of Heaven" by Budi Kurniawan (sumber: www.google.com)

Banyak banget deh fakta yang baru saya tahu tentang kopi di Indonesia dari film ini. Misalnya, kawasan Pondok Kopi, Jakarta Timur yang notabene-nya dekat dengan lokasi rumah saya itu, ternyata adalah salah satu daerah budidaya kopi pertama di Indonesia pada masa penjajahan Belanda di abad 19. Pantas saja, di kawasan tersebut terdapat nama jalan Robusta dan Arabika. Selain itu, karena kopi dari Jawa sangat terkenal pada jaman itu, Orang Eropa biasa menyebut kopi dari Jawa sebagai “A cup of Java”, bukan “A cup of Coffee”. Rupanya citarasa khas kopi jawa sudah dikenal dunia sejak dulu kala ya.


Menikmati Kopi Juara 2 Dunia

Adalah Pak Ayi Sutedja, seorang penggiat kopi yang baru sekitar satu tahun bertani kopi Arabika Jenis Tipika (salah satu jenis kopi kuno) di Gunung Puntang. Namun, bersiaplah terpana, karena kopi produksi Pak Ayi ini berhasil memenangkan juara 2 dunia di Kompetisi “Speciality Coffee Association of America” yang diselenggarakan di Atlanta, Amerika pada April 2016 lalu. Semenjak itu, Kopi Puntang Pak Ayi terkenal ke mancanegara dan banyak diburu oleh pecinta kopi. Beruntungnya, saya mendapat kesempatan untuk mencicipi langsung kenikmatan kopi juara 2 dunia ini langsung dari kebun-nya.

Kopi Gunung Puntang, si Juara 2 Dunia

Bagi amatiran seperti saya yang tidak bisa membedakan mana kopi nikmat atau bukan (karena jujur saja, buat saya, semua kopi rasanya sama, yaitu pahit. Haha), saya sempat bingung ketika mencicipi rasa kopi tersebut. Rasa pertama yang muncul di lidah saya ya pahit. Namun, tak lama setelah itu, saya dapat merasakan sedikit rasa masam dan rasa buah di kopi tersebut. Ditambah dengan aroma-nya yang memang membuat indera penciuman kita menari. Menikmati secangkir kopi hangat kualitas terbaik sambil memandang panorama Gunung Puntang yang menyejukkan hati. Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?Haha. Oh ya, selain menikmati kopi dari kebun Pak Ayi, saya juga mendapatkan kesempatan menikmati teh dari kulit kopi yang mereka sajikan saat itu.

Begini ini view Gunung Puntang dari Kebun Kopi Pak Ayie

Natural, Honey and Washed Process

Setelah meminum kopi dari Kebun Pak Ayi, rasanya belum lengkap kalau saya belum berkeliling ke tempat produksinya, mulai dari lokasi pembibitan, pencucian dan pengeringan kopi. Disini lah saya berkenalan dengan beberapa istilah yang awam terdengar di telinga saya, yaitu Natural, Honey and Washed Process. Pada intinya, ketiga istilah ini adalah sebutan dari bagaimana metode atau cara memproses kopi.

Natural: Pada metode ini, bijih kopi dibiarkan kering secara alami, tanpa menggunakan air dan tanpa ada satupun bagian dari bijih kopi yang dibuang.

Honey: Dalam metode ini, bijih kopi terlebih dahulu dicuci, dibuang kulitnya, namun masih meninggalkan kulit ari, sehingga ada semacam lapisan lendir seperti madu melekat di bijih kopi yang melalui proses ini. Setelah itu, kopi akan dikeringkan.

Washed: Di proses ini, bijih kopi dibersihkan dan dicuci dengan seksama sampai membuang kulit ari-nya sebelum akhirnya dikeringkan.

Wah, nambah ilmu baru nih buat saya. Selain itu, saya juga baru tahu kalau ketika menyajikan kopi,air panas yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 85 derajat, karena akan berpengaruh pada aroma dan cita rasa kopi.

Kiri ke Kanan: Natural, Honey and Washed Process

Berkeliling kebun kopi dan workshop Pak Ayie
Kiri: Tempat Pencucian dan Pembersihan Biji Kopi
Kanan: Lokasi Pengeringan Biji Kopi

 Sustainable Coffee

Satu hal tambahan yang saya soroti pada acara ini adalah bentuk dukungan pemerintah, swasta dan lembaga internasional dalam membekali para petani kopi. Sebut saja jajaran pemerintahan Jawa Barat, BNI, BJB, IDH sustainable trade Indonesia dan SCOPI melakukan andil-nya masing-masing untuk memajukan petani kopi. Senang rasanya melihat harmonisasi kerjasama antara pemerintah dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, IDH sustainable trade Indonesia dan SCOPI membuka akses petani kopi ke berbagai stakeholder, termasuk dalam pelatihan dan akses terhadap inklusi keuangan & permodalan, termasuk memastikan apakah produksi kopi sudah mematuhi kaidah sustainable coffee. Misalnya, apakah dalam berkebun kopi, petani memakai pupuk yang dapat merusak lingkungan dan apakah pengelolaan limbah industri-nya tidak mencemari lingkungan. Lalu, peran subsidi keuangan dan permodalan dalam pengembangan industri kopi ini didukung oleh BNI dan BJB selaku lembaga perbankan, dengan memberikan modal berupa uang tunai dan alat pengolahan limbah. Terakhir, pemerintah Jawa Barat mendukung industri kopi dengan terus mengkampanyekan program minum kopi tanpa gula dan meminum kopi sebagai budaya masyarakat Indonesia.

Gubernur Jabar (Ahmad Heryawan/Aher) membuka acara Sarasehan Urang Gunung

Bagaimana menurut teman-teman tentang perjalanan saya kali ini? Saya berterima kasih sekali kepada teman saya, Mel dari IDH Sustainable Trade Indonesia yang mengajak saya mengenal kopi lebih dekat. Ayo, dukung kopi Indonesia! Diantaranya dengan lebih banyak nongkrong di gerai kopi lokal dan membeli produk kopi aseli Indonesia ya. 

47 komentar:

  1. aku kopi mania bangetttt... seneng jadinya kalo baca2 apa pun soal kopi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh, mba zata kopi mania toh..iya mba, menarik banget ternyata seluk beluk kopi itu yaa

      Hapus
  2. Baru tahu kalo Pondok Kopi itu dulunya daerah budidaya kopi pertama di Indonesia. Pantes namanya Pondok Kopi ya, Mbak.
    Aku penikmat kopi yang ga terlalu bisa bedain rasa kopi. Rasanya semua kopi enak aja di lidah. Mungkin harus belajar banyak buat bedain rasa-rasa kopi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Dian..aku pun baru tahu..hahaha..
      untuk rasa kopi, ternyata ada diagram khusus-nya loh mba..yang berisi bermacam2 gradasi rasa kopi..hihi

      Hapus
  3. 85 derajat kira kira air mendidih didiemin berapa lama Gena?

    Aku pecinta kopi, walau gak ngerti kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setau-ku jangan lebih dari 15 menit mba..
      iya, aku juga jadi suka kopi nih mba, tapi lebih ke sejarah dan wanginya sih.hehe

      Hapus
  4. Balasan
    1. Hahaha..sayangnya cuma bisa dinikmatin saat itu mba..mau dibeli, kehabisan..hihi

      Hapus
  5. Beruntung banget Mak bisa belajar sejarah kopi. Suami saya mulai suka kopi sekitar 2-3 tahun terakhir. Kalo ke Bandung, pasti beli kopi aroma deh, hehe.. Dari judul film Aroma of Heaven, beneran saya langsung kebayang kopi Aroma, wkwkwk..

    Suami saya biasa minum kopi tanpa tambahan apapun. Memang ada yang masam sih.. Tapi saya mah suka nambahin susu lagi..dan suami suka bilang, "Sayang lho, karena nikmatnya kopi jadi ketutup sama susunya." Gitu..hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa..beruntung banget dapat kesempatan ini..hehe..iya mba, aroma-nya itu loh..wangi bener..hahaha..

      Nah, suami mba bener tuh, karena pemerintah jabar juga lagi kampanye minum kopi tanpa tambahan apapun, biar lebih sehat katanya mba..FYI, kopi bisa menghaluskan kulit juga katanya. haha

      Hapus
  6. Saya suka kopi. Aromanya seakan penuh magis, misterius. Sama sepertiku. Halah......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha betuuull mba..magis dan misterius yaaa

      Hapus
  7. Aku belum pernah makan kopi yang masih oengolaan dari biji langsung mba. Tapi aku suka kopi Aceh dan Toraja, mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, selera kopinya cihuy nih mba alida..katanya sih kalo pecinta kopi biasanya beli kopi yg masih bonggolan gitu mba..mereka mau lihat langsung sebelum digiling dan proses gilingnya..

      Hapus
  8. Aku pecinta kopi juga mba. Sekarang jadi suka baca tentang kopi juga akhirnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mba desy..menarik banget ya cerita soal kopi ini..aku pun jatuh cinta dengannya..haha

      Hapus
  9. kalo aku sukanya kopi dicampur susu mbak, kalo kopi item aku nggak kuat hehe

    BalasHapus
  10. saya suka ngopi, tapi cuma kuat ngopi yg instan, gak bisa minum yg tubruk itu :(( Sedih banget huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan dipaksain juga mba..apalagi kalo punya maag..daripada nanti kenapa2.hehe

      Hapus
  11. Aku pecinta kopi, senang banget bisa baca artikel ini. Sangat menambah wawasan. Trims Gena! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih juga sudah mampir ya mba..seneng bisa berbagi

      Hapus
  12. Aku suka banget sama kopi dan selalu tertarik belajar tentang kopi. Sayang sampai sekarang belum ada yang ngajak ke perkebunan kopi apalagi pabriknya. Hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahha..semoga suatu saat ada yang mengajak ya mba..hehe

      Hapus
  13. Yeay akhirnya tayang juga! Seru ya jelajah kopinya, Gen :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you ya mel udah ngajak gw kesana. hehe

      Hapus
  14. bukan kopi mania, tp aku suka bau kopi. hmm...

    BalasHapus
  15. bau kopi emang enak..tapi untuk tahu mana kopi yang enak dan nggak enak itu ngeblank banget, karena semua rasa kopi itu paih,,,hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha betuuull..rasa kopi itu pahit, jendral!

      Hapus
  16. Mamgen kece banget sih bisa main main ke sana, gie jd iri hehehe....gie salah satu penikmat kopi hitam, less sugar atau no sugar....nikmat banget, tp skrg sangat mengurangi kopi dan teh hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh..aku gak nyangka loh gie kamu pecinta kopi..kereeeen

      Hapus
  17. Ah ini ya ceritanya yang waktu itu foto sama mba Mel. Seru!

    BalasHapus
  18. Toss, Mbak. Saya juga pecinta kopi amatiran yang belum bisa membedakan mana kopi enak dan tidak :D

    BalasHapus
  19. Aku bukan pecinta kopi, dan ngak tau enak nya minum kopi itu di mana ihik ihik

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha..tapi kamu pecinta wanita kan, om cum?

      Hapus
  20. Turut bangga kopinya bisa masuk kompetisi kopi dunia dan menjadi juara lagi. TFS mbak :D

    BalasHapus
  21. au pecinta kopi kaka, emang keren - kopi indonesia, enak... jadi pengen coba ya kopi yang juara itu

    BalasHapus
  22. jadi pengen ikutan acara kayak gitu mba :D kapan diadakan di SUrabaya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah..semoga segera ada di surabaya ya mba.hehe

      Hapus
  23. Dan saya jatuh cinta dengan kopi lewat tulisanmu kali ini mbak, makasih :D

    Salam,
    Gianta

    BalasHapus
  24. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  25. Bagaimana ya ! kalau mau minum kopi segar di Indonesia ini masih susah dan sulit atau repot sih. Padahal budaya minum kopi segar ini sudah ada sejak zaman dulu kala. Kenapa di warkop-2 tidak menyediakan kopi segar, yang ada hanya kopi pabrikan (sasetan)aja. Padahal kalau dihitung ada ratusan daerah di Indonesia sebagai pengahasil kopi khas (yang mungkin bisa menjadi "speciality coffee". Seandainya kalau mau minum kopi segar bisa mudah gampang, karena ada dimana-mana; di warkop, warteg, warsun, warnet, warsum, dan war-war lainnya, bisa jadi lebih waras dah kita semua para peminum kopi, karena budaya ini akan menambah kecintaan kita akan tanah air Indonesia yang kaya akan cita rasa yang sejatinya.

    BalasHapus