Saya bukan penikmat kopi. Bukan
pula pecinta kopi. Ketika pergi ke kedai kopi, saya akan memilih untuk memesan
minuman berbahan dasar teh atau coklat. Yes,
I’m a green tea and chocolate lover. Namun, setelah saya menghadiri sebuah
event bertajuk “Sarasehan Urang Gunung” pada hari Senin lalu, 17 Oktober 2016
di kawasan Gunung Puntang Bandung, banyak hal yang baru saya ketahui tentang
kopi. Sejarahnya yang menarik dan wangi-nya yang menggoda. Well, Coffee..I think I’m in love with you!.
Sepotong Kecil Sejarah Kopi Indonesia
Hal paling menarik yang saya
alami ketika mengikuti acara ini adalah ketika saya dan audiens lainnya dapat
menyaksikan film dokumenter dari sutradara muda bernama Budi Kurniawan. Menurut
saya, ia sukses mengemas sejarah kopi di Indonesia dalam balutan gambar gerak
yang memanjakan mata. Judul film dokumenternya: Aroma Of Heaven. Film ini
sukses menyabet beberapa gelar di penghargaan film internasional loh.
Rencananya, akan ada 6 film dokumenter lainnya tentang kopi Indonesia yang akan
dirilis. Jadi, totalnya akan ada 7 film dokumenter tentang kopi Indonesia.
Salah satunya “The Legacy Of Java” yang baru akan dirilis tahun depan.
Cover Film "Aroma of Heaven" by Budi Kurniawan (sumber: www.google.com) |
Banyak banget deh fakta yang baru
saya tahu tentang kopi di Indonesia dari film ini. Misalnya, kawasan Pondok
Kopi, Jakarta Timur yang notabene-nya dekat dengan lokasi rumah saya itu,
ternyata adalah salah satu daerah budidaya kopi pertama di Indonesia pada masa
penjajahan Belanda di abad 19. Pantas saja, di kawasan tersebut terdapat nama
jalan Robusta dan Arabika. Selain itu, karena kopi dari Jawa sangat terkenal
pada jaman itu, Orang Eropa biasa menyebut kopi dari Jawa sebagai “A cup of
Java”, bukan “A cup of Coffee”. Rupanya citarasa khas kopi jawa sudah dikenal
dunia sejak dulu kala ya.
Menikmati Kopi Juara 2 Dunia
Adalah Pak Ayi Sutedja, seorang
penggiat kopi yang baru sekitar satu tahun bertani kopi Arabika Jenis Tipika
(salah satu jenis kopi kuno) di Gunung Puntang. Namun, bersiaplah terpana,
karena kopi produksi Pak Ayi ini berhasil memenangkan juara 2 dunia di
Kompetisi “Speciality Coffee Association of America” yang diselenggarakan di
Atlanta, Amerika pada April 2016 lalu. Semenjak itu, Kopi Puntang Pak Ayi
terkenal ke mancanegara dan banyak diburu oleh pecinta kopi. Beruntungnya, saya
mendapat kesempatan untuk mencicipi langsung kenikmatan kopi juara 2 dunia ini
langsung dari kebun-nya.
Kopi Gunung Puntang, si Juara 2 Dunia |
Bagi amatiran seperti saya yang
tidak bisa membedakan mana kopi nikmat atau bukan (karena jujur saja, buat
saya, semua kopi rasanya sama, yaitu pahit. Haha), saya sempat bingung ketika
mencicipi rasa kopi tersebut. Rasa pertama yang muncul di lidah saya ya pahit.
Namun, tak lama setelah itu, saya dapat merasakan sedikit rasa masam dan rasa
buah di kopi tersebut. Ditambah dengan aroma-nya yang memang membuat indera
penciuman kita menari. Menikmati secangkir kopi hangat kualitas terbaik sambil
memandang panorama Gunung Puntang yang menyejukkan hati. Maka, nikmat Tuhanmu
manakah yang kamu dustakan?Haha. Oh ya, selain menikmati kopi dari kebun Pak
Ayi, saya juga mendapatkan kesempatan menikmati teh dari kulit kopi yang mereka
sajikan saat itu.
Begini ini view Gunung Puntang dari Kebun Kopi Pak Ayie |
Natural,
Honey and Washed Process
Setelah meminum kopi dari Kebun
Pak Ayi, rasanya belum lengkap kalau saya belum berkeliling ke tempat
produksinya, mulai dari lokasi pembibitan, pencucian dan pengeringan kopi.
Disini lah saya berkenalan dengan beberapa istilah yang awam terdengar di
telinga saya, yaitu Natural, Honey and Washed Process. Pada intinya, ketiga
istilah ini adalah sebutan dari bagaimana metode atau cara memproses kopi.
Natural: Pada metode ini, bijih kopi dibiarkan kering secara alami,
tanpa menggunakan air dan tanpa ada satupun bagian dari bijih kopi yang
dibuang.
Honey: Dalam metode ini, bijih kopi terlebih dahulu dicuci, dibuang
kulitnya, namun masih meninggalkan kulit ari, sehingga ada semacam lapisan
lendir seperti madu melekat di bijih kopi yang melalui proses ini. Setelah itu,
kopi akan dikeringkan.
Washed: Di proses ini, bijih kopi dibersihkan dan dicuci dengan seksama
sampai membuang kulit ari-nya sebelum akhirnya dikeringkan.
Wah, nambah ilmu baru nih buat
saya. Selain itu, saya juga baru tahu kalau ketika menyajikan kopi,air panas
yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 85 derajat, karena akan berpengaruh
pada aroma dan cita rasa kopi.
Kiri ke Kanan: Natural, Honey and Washed Process |
Berkeliling kebun kopi dan workshop Pak Ayie Kiri: Tempat Pencucian dan Pembersihan Biji Kopi Kanan: Lokasi Pengeringan Biji Kopi |
Sustainable
Coffee
Satu hal tambahan yang saya
soroti pada acara ini adalah bentuk dukungan pemerintah, swasta dan lembaga
internasional dalam membekali para petani kopi. Sebut saja jajaran pemerintahan
Jawa Barat, BNI, BJB, IDH sustainable trade Indonesia dan SCOPI melakukan
andil-nya masing-masing untuk memajukan petani kopi. Senang rasanya melihat
harmonisasi kerjasama antara pemerintah dengan berbagai pihak. Dalam hal ini,
IDH sustainable trade Indonesia dan SCOPI membuka akses petani kopi ke berbagai
stakeholder, termasuk dalam pelatihan dan akses terhadap inklusi keuangan &
permodalan, termasuk memastikan apakah produksi kopi sudah mematuhi kaidah
sustainable coffee. Misalnya, apakah dalam berkebun kopi, petani memakai pupuk
yang dapat merusak lingkungan dan apakah pengelolaan limbah industri-nya tidak
mencemari lingkungan. Lalu, peran subsidi keuangan dan permodalan dalam
pengembangan industri kopi ini didukung oleh BNI dan BJB selaku lembaga
perbankan, dengan memberikan modal berupa uang tunai dan alat pengolahan
limbah. Terakhir, pemerintah Jawa Barat mendukung industri kopi dengan terus
mengkampanyekan program minum kopi tanpa gula dan meminum kopi sebagai budaya
masyarakat Indonesia.
Gubernur Jabar (Ahmad Heryawan/Aher) membuka acara Sarasehan Urang Gunung |
Bagaimana menurut teman-teman
tentang perjalanan saya kali ini? Saya berterima kasih sekali kepada teman
saya, Mel dari IDH Sustainable Trade Indonesia yang mengajak saya mengenal kopi
lebih dekat. Ayo, dukung kopi Indonesia! Diantaranya dengan lebih banyak
nongkrong di gerai kopi lokal dan membeli produk kopi aseli Indonesia ya.
aku kopi mania bangetttt... seneng jadinya kalo baca2 apa pun soal kopi...
BalasHapusWahh, mba zata kopi mania toh..iya mba, menarik banget ternyata seluk beluk kopi itu yaa
HapusBaru tahu kalo Pondok Kopi itu dulunya daerah budidaya kopi pertama di Indonesia. Pantes namanya Pondok Kopi ya, Mbak.
BalasHapusAku penikmat kopi yang ga terlalu bisa bedain rasa kopi. Rasanya semua kopi enak aja di lidah. Mungkin harus belajar banyak buat bedain rasa-rasa kopi.
Iya Mba Dian..aku pun baru tahu..hahaha..
Hapusuntuk rasa kopi, ternyata ada diagram khusus-nya loh mba..yang berisi bermacam2 gradasi rasa kopi..hihi
85 derajat kira kira air mendidih didiemin berapa lama Gena?
BalasHapusAku pecinta kopi, walau gak ngerti kopi
Setau-ku jangan lebih dari 15 menit mba..
Hapusiya, aku juga jadi suka kopi nih mba, tapi lebih ke sejarah dan wanginya sih.hehe
Aihhh...mau kopinya gennnm :)
BalasHapusHahaha..sayangnya cuma bisa dinikmatin saat itu mba..mau dibeli, kehabisan..hihi
HapusBeruntung banget Mak bisa belajar sejarah kopi. Suami saya mulai suka kopi sekitar 2-3 tahun terakhir. Kalo ke Bandung, pasti beli kopi aroma deh, hehe.. Dari judul film Aroma of Heaven, beneran saya langsung kebayang kopi Aroma, wkwkwk..
BalasHapusSuami saya biasa minum kopi tanpa tambahan apapun. Memang ada yang masam sih.. Tapi saya mah suka nambahin susu lagi..dan suami suka bilang, "Sayang lho, karena nikmatnya kopi jadi ketutup sama susunya." Gitu..hehe..
Iyaa..beruntung banget dapat kesempatan ini..hehe..iya mba, aroma-nya itu loh..wangi bener..hahaha..
HapusNah, suami mba bener tuh, karena pemerintah jabar juga lagi kampanye minum kopi tanpa tambahan apapun, biar lebih sehat katanya mba..FYI, kopi bisa menghaluskan kulit juga katanya. haha
Saya suka kopi. Aromanya seakan penuh magis, misterius. Sama sepertiku. Halah......
BalasHapusHahaha betuuull mba..magis dan misterius yaaa
HapusAku belum pernah makan kopi yang masih oengolaan dari biji langsung mba. Tapi aku suka kopi Aceh dan Toraja, mba
BalasHapusWah, selera kopinya cihuy nih mba alida..katanya sih kalo pecinta kopi biasanya beli kopi yg masih bonggolan gitu mba..mereka mau lihat langsung sebelum digiling dan proses gilingnya..
HapusAku pecinta kopi juga mba. Sekarang jadi suka baca tentang kopi juga akhirnya.
BalasHapusIyaa mba desy..menarik banget ya cerita soal kopi ini..aku pun jatuh cinta dengannya..haha
Hapuskalo aku sukanya kopi dicampur susu mbak, kalo kopi item aku nggak kuat hehe
BalasHapusgpp mbak..yang penting suka kopi.haha
Hapussaya suka ngopi, tapi cuma kuat ngopi yg instan, gak bisa minum yg tubruk itu :(( Sedih banget huhu
BalasHapusjangan dipaksain juga mba..apalagi kalo punya maag..daripada nanti kenapa2.hehe
HapusAku pecinta kopi, senang banget bisa baca artikel ini. Sangat menambah wawasan. Trims Gena! ^_^
BalasHapusMakasih juga sudah mampir ya mba..seneng bisa berbagi
HapusAku suka banget sama kopi dan selalu tertarik belajar tentang kopi. Sayang sampai sekarang belum ada yang ngajak ke perkebunan kopi apalagi pabriknya. Hehehe..
BalasHapushahha..semoga suatu saat ada yang mengajak ya mba..hehe
HapusYeay akhirnya tayang juga! Seru ya jelajah kopinya, Gen :)
BalasHapusthank you ya mel udah ngajak gw kesana. hehe
Hapusbukan kopi mania, tp aku suka bau kopi. hmm...
BalasHapusBaunya memang harum banget yaa
Hapusbau kopi emang enak..tapi untuk tahu mana kopi yang enak dan nggak enak itu ngeblank banget, karena semua rasa kopi itu paih,,,hehee
BalasHapushahaha betuuull..rasa kopi itu pahit, jendral!
HapusMamgen kece banget sih bisa main main ke sana, gie jd iri hehehe....gie salah satu penikmat kopi hitam, less sugar atau no sugar....nikmat banget, tp skrg sangat mengurangi kopi dan teh hehehe.
BalasHapusWahhh..aku gak nyangka loh gie kamu pecinta kopi..kereeeen
HapusAh ini ya ceritanya yang waktu itu foto sama mba Mel. Seru!
BalasHapushahaha iya betuuul mbaaa
HapusToss, Mbak. Saya juga pecinta kopi amatiran yang belum bisa membedakan mana kopi enak dan tidak :D
BalasHapusnyahaha..banyak temennya ternyata sayah
HapusAku bukan pecinta kopi, dan ngak tau enak nya minum kopi itu di mana ihik ihik
BalasHapushahaha..tapi kamu pecinta wanita kan, om cum?
HapusTurut bangga kopinya bisa masuk kompetisi kopi dunia dan menjadi juara lagi. TFS mbak :D
BalasHapusmakasih juga udah mampir ya mba april
Hapusau pecinta kopi kaka, emang keren - kopi indonesia, enak... jadi pengen coba ya kopi yang juara itu
BalasHapushehe iyaa mir..enak-enak memang
Hapusjadi pengen ikutan acara kayak gitu mba :D kapan diadakan di SUrabaya ya?
BalasHapuswah..semoga segera ada di surabaya ya mba.hehe
HapusDan saya jatuh cinta dengan kopi lewat tulisanmu kali ini mbak, makasih :D
BalasHapusSalam,
Gianta
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagaimana ya ! kalau mau minum kopi segar di Indonesia ini masih susah dan sulit atau repot sih. Padahal budaya minum kopi segar ini sudah ada sejak zaman dulu kala. Kenapa di warkop-2 tidak menyediakan kopi segar, yang ada hanya kopi pabrikan (sasetan)aja. Padahal kalau dihitung ada ratusan daerah di Indonesia sebagai pengahasil kopi khas (yang mungkin bisa menjadi "speciality coffee". Seandainya kalau mau minum kopi segar bisa mudah gampang, karena ada dimana-mana; di warkop, warteg, warsun, warnet, warsum, dan war-war lainnya, bisa jadi lebih waras dah kita semua para peminum kopi, karena budaya ini akan menambah kecintaan kita akan tanah air Indonesia yang kaya akan cita rasa yang sejatinya.
BalasHapus