Pernahkah kita, sebagai perempuan berpikir, apa peran kita terhadap bangsa? saya pernah. Dan saya yakin betul, bahwa perempuan adalah kunci pembangunan bangsa. Kenyakinan saya ini kembali diperkuat ketika saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara Blogger and Social Media Enthusiast Gathering bertema "10: How our Future Depends on a Girl at This Decisive Age" yang diselenggarakan oleh UNFPA & BKKBN pada 15 November 2016 lalu.
Sejuta Wajah
Perempuan
Wahai para pria, jangan iri, jika
saya bilang bahwa perempuan adalah kunci pembangunan bangsa. Karena dibalik
kalimat ini tersimpan sejuta peran perempuan dalam mempersiapkan sumber daya
manusia bangsa. Sebuah amanat yang berat dan saya yakin jika ditanya kepada
kami, apakah kami sanggup untuk menanggungnya, kami akan menjawab tidak. Namun,
bukan itu yang terpenting. Peran dan tanggung jawab tersebut telah melekat
dalam diri perempuan sejak dilahirkan. Betapa tidak, setidaknya ada 3 peran
dasar dari seorang perempuan, yaitu seorang anak, seorang istri, dan seorang
ibu. Bahkan dalam agama yang saya anut, terdapat hadist yang kira – kira bunyinya
seperti ini:
“Ketika perempuan menjadi seorang anak, maka ia membukakan pintu surga
untuk ayahnya. Ketika perempuan menjadi seorang istri, ia melengkapi separuh imbalan
surga suaminya. Dan ketika perempuan menjadi seorang ibu, maka surga berada di
bawah kakinya”.
Menurut saya, hadist ini adalah
refleksi bagaimana peran dan tanggung jawab seorang perempuan yang begitu
berharga. Dan pendidikan seorang perempuan itu sejatinya harus dimulai sejak
dini, sejak masa remaja. Tidak salah jika PBB dalam agenda pembangunan
berkelanjutannya, menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas untuk semua,
termasuk remaja perempuan usia 10 tahun memiliki efek masif untuk mewujudkan
visi tentang dunia, tanpa kemiskinan.
Sustainable Development Goals 2030 (sumber: http://www.hmpdsemaku.blogspot.com) |
Mengapa Remaja Usia 10 Tahun?
Faktanya, 32 juta remaja
perempuan dalam usia sekolah dasar tidak duduk di bangku sekolah. Padahal, masa
transisi dari anak – anak ke tahap dewasa, merupakan tahapan yang sangat
penting. Menurut Anitsyah Robertson, Kepala UNFPA Indonesia, terdapat banyak
hambatan yang menghalangi perkembangan remaja perempuan 10 tahun, diantaranya
adalah pernikahan dini, hamil di usia sangat muda, terpaparnya remaja perempuan
atas penyakit infeksi kelamin dan kesehatan reproduksi. Sebagian besar tentu
karena terbatasnya akses pendidikan dan kesehatan bagi remaja perempuan, dan
hal ini memiliki dampak jangka panjang, yaitu keterbatasan pilihan dalam
kesempatan ekonomi dan pekerjaan.
Mrs Anitsyah Robetson (UNFPA) beserta BKKBN menjelaskan tentang pentingnya investasi pada remaja usia 10 tahun |
Kebayang gak sih, kalau ketika
kita berusia 10 tahun, yang artinya kita masih SD, terus disuruh nikah sama
orang tua. Di usia 12 tahun hamil, dengan resiko keguguran yang tinggi. Dan
ketika melahirkan, karena mental tidak siap, jangankan baby blues yang
menghampiri, bisa-bisa langsung stress karena harus ngurus anak tanpa bekal
pendidikan yang cukup. Beruntung kalau pernikahannya langgeng, kalau suaminya
yang juga masih usia belia tahu-tahu pergi ninggalin? Ya ampun, runtuh deh
dunia. Abis itu, mesti menghidupi diri dan anak sendiri. Terus mau kerja apa
tanpa pendidikan yang baik dan skill yang mumpuni? Masalah lain pun timbul,
misalnya prostitusi dan trafficking. Belum lagi nasib anak yang dilahirkan
tadi. Akan tumbuh seperti apa ia, tanpa didikan yang baik dari sosok ibu dan
ayah? Padahal generasi muda itu kan aset bangsa.
Bikin tulisan ini, langsung teringat pengalaman langsung ketika di Kalteng bertemu dengan adik-adik ini. Mereka harus berjalan berpuluh kilo hanya untuk ke sekolah |
Intinya sih, mau ngajak kita
semua yang notabenenya perempuan untuk berpikir mengenai nasib remaja perempuan
di sekitar kita. Kenapa remaja perempuan berusia 10 tahun? Ya karena dalam
jangka waktu 15 tahun ke depan, mereka yang akan menjadi penerus bangsa. Mereka
akan menjadi ibu yang mencetak pemimpin – pemimpin cerdas. Tidak menutup
kemungkinan, bahkan mereka sendiri yang akan menjadi calon para pemimpin negeri
ini. Jika di tahap usia yang krusial ini, kita tidak berinvestasi pada remaja
perempuan usia 10 tahun, maka semua akan menjadi serba terlambat bukan?
Lalu, tanggung jawab siapa?
Pemerintah Indonesia melalui
BKKBN sudah mulai melaksanakan program GENRE (Generasi Berencana) dengan
sasaran remaja usia 10-24 tahun agar lebih sehat, cerdas dan ceria. Program
pemberdayaan remaja ini menitikberatkan pada pendidikan remaja perempuan,
utamanya usia 10 tahun, agar memiliki pengetahuan dan kontrol yang baik
terhadap isu pernikahan dini dan fertilitas. Lembaga – lembaga internasional
pun mulai melibatkan remaja dalam setiap programnya, misalnya saja, UNFPA Youth
Program.
Saatnya kita, sebagai perempuan
ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan remaja perempuan 10 tahun. Kuncinya cuma
satu, PEDULI. Saya ingat, ketika
saya kecil mama dan papa sering kali mengajak saya untuk memberikan uang (yang
akan digunakan untuk membayar SPP sekolah) kepada beberapa anak perempuan dan laki
– laki yang tidak mampu di tempat saya tinggal. Alasan mama dan papa simpel,
mereka ingin anak-anak tersebut tetap bersekolah, lulus, kemudian bekerja
membantu perekonomian keluarganya. Adalah suatu kebahagiaan sendiri, ketika sekarang ini, melihat anak-anak asuh mama dan papa saya sudah berdaya dan mengangkat derajat keluarga mereka.
Sebagai blogger, saya mencoba
menyampaikan pesan sosial ini melalui tulisan di blog saya. Semoga banyak
pembaca tulisan ini yang terinspirasi untuk peduli terhadap isu pemberdayaan
remaja usia 10 tahun. Kamu pun bisa ikut menyebarluaskan pesan sosial ini.
Kepada sesama perempuan, ibu, orang tua dan remaja yang kamu kenal. Apa
susahnya berbagi informasi? Hal itu tidak akan membuat miskin, bahkan membuat
kamu lebih kaya ilmu. Mari peduli!
Great thought to inspire other :)
BalasHapusIts an honour to have this kind of compliment from you who really care about child issues, mba fit..thank you!
HapusDi zaman yang semua serba digital ini, ternyata masih ada 32jt perempuan yang nggak duduk di bangku sekolah. Dan lagi dampak karena hal tsb ke mana2 ya :(
BalasHapusSaya kaget loh Mba dengan angka sebesar itu, semoga program GENRE dapat berjalan lancar dan sukses. aamiin
Iyaa mba dwi..aku pun kaget pas baca di brosur yg dikasih UNFPA..itu tingkat dunia sih datanya mba..amiinn..semoga program pemberdayaan perempuan dpt sukses dan lancar..makasih udh mampir mba..
Hapusartikel ini sangat bermanfaat..
BalasHapussatu hal yang ingin saya tanyakan, kenapa wanita 10 tahun sudah dikategorikan sebagai perempuan remaja? Bukankah usia 10 tahun masih dikategorikan sebagai anak-anak?
pertanyaan yg sama dan pernah sy diskusikan dg satto raji...barangkali melihat anak perempuan yg rata2 sudah.haid usia segitu maka sudah baligh atau scr reproduksi sdh masuk kTegori remaja..dan remaja jg bagian dr kelompok usia anak sd 18 th kalau gak salah yah....gmn bu Gena pak Satto? anyway.. tulisan ini menarik inspiratif.
HapusTerima makasih mas yos mo sudah menyempatkan baca artikel ini..makasih juga mba wawa yg telah bantu merespon pertanyaannya mas yos mo..
HapusAda benarnya yg dikatakan mba wawa, bahwa pada anak2 tertentu, di usia 10 thn sudah mencapai tanda kematangan biologis seperti sudah haid. Selain itu, menurut WHO, kementrian kesehatan RI dan BKKBN, kategori remaja adalah mereka yg berusia 10-24 tahun dan belum menikah.
Nah, mengapa usia 10 thn termasuk remaja, krn dr segi psikologis, menurut Monks, Knoers, dan Haditono terdapat empat bagian masa remaja, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192).
Kira2 begitu respon saya, mas yos mo dan mba wawa..semoga membantu ya..
Hai mba Gena, masih banyak ya yg beranggapan bahwa perempuan nggak pantas buat sekolah lagi karena kalo gede akan di dapur :(
BalasHapusBetuuull mba alida..terutama di masyarakat pedalaman dan di pelosok indonesia..stigma seperti itu masih sangat melekat, belum lagi tinjauan budaya yang kadang mengekang pergerakan perempuan untuk maju..
HapusIya Gen, mungkin perlu sosialisasi, perempuan harus sekolah tinggi (intinya sih bukan tingkat pendidikannya, tapi kaya akan ilmu yang berguna bagi diri dan sesama yaa) karena mereka akan menjadi calon ibu yang merupakan guru pertama bagi anak anak nya kelak, generasi wanita yang baik, akan melahirkan keturunan yang baik dan dunia yang lebih baik, kelak.. aamiin :) Kalau mengenai remaja lelaki yang ntar jadi Bapak Bapak nya gimana Gen? Mungkin beda perspektif yaa? Boleh nanti dikaji juga di blog Gena selanjutnya..hehe
HapusIya Gen, mungkin perlu sosialisasi, perempuan harus sekolah tinggi (intinya sih bukan tingkat pendidikannya, tapi kaya akan ilmu yang berguna bagi diri dan sesama yaa) karena mereka akan menjadi calon ibu yang merupakan guru pertama bagi anak anak nya kelak, generasi wanita yang baik, akan melahirkan keturunan yang baik dan dunia yang lebih baik, kelak.. aamiin :) Kalau mengenai remaja lelaki yang ntar jadi Bapak Bapak nya gimana Gen? Mungkin beda perspektif yaa? Boleh nanti dikaji juga di blog Gena selanjutnya..hehe
HapusIya Gen, mungkin perlu sosialisasi, perempuan harus sekolah tinggi (intinya sih bukan tingkat pendidikannya, tapi kaya akan ilmu yang berguna bagi diri dan sesama yaa) karena mereka akan menjadi calon ibu yang merupakan guru pertama bagi anak anak nya kelak, generasi wanita yang baik, akan melahirkan keturunan yang baik dan dunia yang lebih baik, kelak.. aamiin :) Kalau mengenai remaja lelaki yang ntar jadi Bapak Bapak nya gimana Gen? Mungkin beda perspektif yaa? Boleh nanti dikaji juga di blog Gena selanjutnya..hehe
HapusSaya yakin masa depan bergantung pada remaja perempuan. Itu sebabnya saya menulis blog juga.
BalasHapusHanya saja cara saya agak (eh sangat) berbeda.
Lain waktu kita diskusi ya mbak. :)
Hahaha iya mas habib..menulis blog bisa jadi salah satu media untuk sosialisasi dan edukasi ya mas..
Hapusboleh mas, kapan2 kita diskusi ya
Aku inget perkataan temen aku, "kalau kita kasih uang ke laki-laki, uang itu akan habis untuk dirinya sendiri, tapi kalau kita memberikan uang pada perempuan, uang itu bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan anak2". Jadi perempuan itu harus dididik dengan baik dan dimuliakan, apalagi para anak2 itu akan menjadi penerus bangsa yg melahirkan orang2 hebat bagi Indonesia. Sosialisasi seperti ini harus dilakukan sama orang2 menengah bawah yg selalu mikir kalau perempuan itu warga kelas 2...
BalasHapusIyes mamih sandra..bener mih..masih banyak yang memandang peran perempuan sebelah mata. mind set seperti itulah yang harus diubah. semoga ke depan banyak program-program pemberdayaan masyarakat dan perempuan yang dpt mencerdaskan bangsa ya mih
Hapusdikampung2 sini msh banyak bgt loh mak yg dinikahin dr jaman smp. pdhal ortunya mampu u sekolahin anaknya. gak ngerti deh apa yg ada dipikiran mrk
BalasHapusSedih banget ya maklia..memang realitasnya seperti itu..sekarang tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat bisa mengoptimalkan media untuk sosialisasi dan edukasi..dibanding cuma dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat ya mak
HapusMiris membaca anak Perempuan usia 10 tahun Zaman sekarang sudah disuruh menikah ��.. ah, dampak pembangunan tidak terlalu terasa di daerah2 terpencil ya, Bu...
BalasHapusIyaa mba dina..semangattt mba..tugas kita2 juga nih untuk bantu pemerintah menyebarkan hal-hal positif dan mencerdaskan..
HapusKalian pilih kasih, kata nya kesetaraan gender tapi kenapa hanya wanita ihik ihik #MelenggosTampan
BalasHapusHmm saya sendiri pun kalau udah pulang kampung di tanyain #kapannikah #eh kok curhat.
BalasHapuspadahal lulus kuliah juga belum.
Memang kalau di desa desa, dianggap udah waktunya nikah ya nikah aja. Bahkan umur masih belasan.
Hmm baru tau kalau umur 10th itu masuk ke pra remaja, kirain masih kategori anak anak ^^
Semoga program program diatas sukses. Amiin.
Ya Tuhan, mohon sebar orang-orang baik dengan pemikiran terbuka seperti ini. Good words, thanks for sharing, mbaknyaaa.
BalasHapusSalam,
Syanu.
Mirisnya kalo tau fakta yang ada yaaa..huhuhu. Semoga makin banyak orang yang terbuka mata dan pikirannya soal isu ini dan bersama mencari jalan keluar yaaa..
BalasHapusBuat para orangtua, semangat yuk buat nyetak penerus bangsa yang kelak akan membuat kita bangga <3
BalasHapusSalam,
Oca
Chattering mom is a natural thing because mom is a person who needs a lot of normal things.
BalasHapusFirst off, we need to follow the rules that are mentioned above. Thus, it is very kind of you. I wish you every success and happiness.
BalasHapus