Kamis, 28 Juli 2016

Terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta: Jawaban Akan Penantian

Selama ini, Indonesia kerap dianggap belum berhasil menemukan jawaban terhadap infrastruktur yang memadai, termasuk dalam hal pengembangan Bandara Udara-nya. Apalagi menyentuh soal konsep pembangunan insfrastruktur yang berkelanjutan. Sebuah konsep yang saat ini sedang seksi didengar telinga, namun sulit untuk diterapkan. Namun, tahukah anda bahwa Terminal 3, salah satu terminal baru di bandara ini mulai menerapkan konsep berkelanjutan tersebut? Mari intip pengalaman saya bersama para Blogger lainnya yang mendapatkan kesempatan berkeliling bandara seluas 422.804 m persegi ini.

Konsep Unik: People, Culture and Nature

First impressions are the most lasting. Begitu kira-kira ungkapan pepatah terkenal dari negeri barat yang kerap terdengar. Jadi, tidak heran jika banyak orang mengasosiasikan bandara udaranya dengan gambaran jati diri bangsa. Hal inilah yang saya temukan pada terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta yang menurut saya, berhasil merepresentasikan keberagaman etnik di Indonesia berbalut dengan modernitas rakyatnya. Bagaimana tidak? Konstruksi bangunan yang memiliki 18 Gates penerbangan domestik dan 10 Gates penerbangan internasional ini dibangun atas dasar 3 nilai filosofi, yaitu People, Culture and Nature. Wow! Menarik bukan?

Drop Zone Area Terminal 3 CGK

Pintu Utama Terminal 3 CGK
People

Sebuah bandar udara sejatinya merupakan gerbang pengalaman interaksi dengan berbagai orang dari latar belakang yang beragam. Akan ada sejuta wajah dan berbagai kisah yang menjadi inti dari konsep People di terminal 3 Bandara Udara Soekarno – Hatta. Begitu masuk ke dalam pintu utama terminal ini, pengunjung akan disambut oleh Airport Security System yang dilengkapi dengan CCTV dan teknologi pemindai wajah serta alat penemu-kenal benda berbahaya, seperti bom dan senjata tajam. Harapannya, jika ada pengunjung yang dicurigai, alat ini dapat mencocokkan informasi tersebut dengan daftar orang yang dicari oleh pihak terkait. Semoga saja, teknologi ini juga dapat meminimalisir kasus pelarian koruptor atau teroris ke luar negeri ya.

Alat pemindai benda berbahaya di Airport Security System Terminal 3 SOETTA

Selain itu, terminal 3 yang memiliki daya tampung 25 juta orang setiap tahun-nya ini, juga berfungsi sebagai wadah eksibisi bagi berbagai seniman dari negeri kita yang terkenal akan kepiawaiannya dalam berkreasi. Sebut saja Angki Purbandono dan Nus Salomo yang akan memenuhi beberapa dinding di area Bagage Claim dengan lukisan dan karyanya seputar batik dan ukiran. Tidak hanya itu, mata pengunjung juga dimanjakan oleh kehadiran beberapa spot instalasi seni yang ada di dalam terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta ini, seperti salah satu spot instalasi seni yang berisi tampilan wajah seniman kondang negeri ini, diantaranya wajah Benyamin Sueb, Titik Puspa dan Idris Sardi. Betul-betul membuat pengunjung betah berlama-lama di dalam bangunan ini.

Lukisan karya salah satu seniman Indonesia yang kaya akan kreasi

Instalasi seni yang berisi tampilan figur seniman Indonesia
Dan untuk mencegah bottleneck (penumpukan dan keterlambatan) dari banyaknya penumpang, terminal 3 ini dilengkapi dengan teknologi Bagage Handling System level 5. Sistem barcode merupakan salah satu fitur andalan dari teknologi ini, dimana proses bagage handling akan menjadi lebih cepat karena tidak lagi mengandalkan tenaga manusia secara manual yang juga berpotensi menyebabkan kerusakan atau kehilangan barang dari koper penumpang. Ditambah lagi, sistem ini juga dapat mendeteksi keberadaan bahan peledak berbahaya seperti bom.


Bagage Claim Area dengan teknologi terkini 

Culture

Salah satu competitive advantages lainnya dari Terminal 3 Bandara CGK ini adalah sisipan nilai etnik dan budaya Indonesia pada ornamen konstruksi bangunannya. Anda akan mudah mengenali motif kain dan batik dari pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua dan Sulawesi dari hiasan yang terukir di bagian atas Check – In and Baggage Drop Counter bersebelahan dengan layar TV. Sungguh Indah. Masih di lokasi yang sama, anda juga akan melihat bentuk atap counter tersebut yang mengambil inspirasi dari rumah adat Tongkonan dari Sulawesi. Belum lagi pilar-pilar tinggi dan terkesan miring yang juga merupakan ciri khas dari beberapa rumah adat di Indonesia.

Ukiran Khas Indonesia yang mencerminkan keanekaragaman budaya
Pilar besar dan atap miring di bagian Check-in counter sebagai cerminan rumah adat Indonesia


Lounge Area Bagi Business Class Passanger
Selain itu, sentuhan budaya juga dapat dilihat pada langit-langit Terminal 3 Bandara CGK ini, dimana lengkungan garis-garis tersebut melambangkan air dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Dan semuanya dibuat oleh arsitektur Indonesia loh. Nah, keren banget kan? Kalau itu rasanya belum cukup mencerminkan budaya Indonesia, terdapat juga konsep cerdas untuk memajukan pengusaha dan budaya lokal yang menjadi salah satu komoditas di Indonesia, yaitu Kopi.

Terkait dengan hal itu, Rhenald Kasali, selaku President Commissioner dari PT Angkasa Pura II, mengatakan bahwa budaya meminum kopi sambil berdiskusi merupakan salah satu nilai kearifan lokal yang dapat diberdayakan. Contohnya saja, di Belitung atau Aceh yang mana kedai kopi lokal-nya selalu ramai dikunjungi. Namun, sering kali kopi merek lokal dan pengusaha kopi lokal kalah saing dan tidak dikenal oleh khalayak ramai. Oleh karena itu, di Terminal 3 ini, nantinya akan dengan mudah anda temukan kedai kopi lokal bersanding dengan merek-merek kopi asing yang sudah mendunia. Bahkan, PT Angkasa Pura II berencana menyiapkan skema permodalan tertentu sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan , agar kedai kopi lokal dapat bersaing dan dikenal masyarakat Indonesia dan dunia, salah satunya dengan cara membuka gerai di Terminal 3 Bandar Udara CGK.

Nature

Melengkapi 2 competitive advantages sebelumnya, konsep Nature adalah hal yang juga saya kagumi dari Terminal 3 ini. Betapa tidak, eco-green concept mulai diterapkan dalam konstruksi bangunan terminal ini. Diantaranya teknologi Recycle Water System yang mampu mengolah air yang sudah terpakai agar layak digunakan kembali untuk keperluan airport maintenance equipment. Ditambah lagi dengan keberadaan teknologi penangkap uap air dan Rain Water System yang juga bertujuan untuk menyediakan air bersih yang layak digunakan untuk operasional bandara. Wah, konsep Renewable Energy sudah mulai diadopsi di Terminal 3 ini.

Tidak hanya itu, bangunan Terminal 3 juga didesain untuk meminimalisir penggunaan listrik berlebihan dari lampu dan penerangan. Sehingga, tidak heran jika kita melihat banyaknya penggunaan kaca di Terminal 3 ini. Dengan demikian, cahaya matahari akan banyak masuk dan berperan sebagai penerangan. Tapi jangan khawatir, jika mendung atau mati lampu sekalipun, terminal ini sudah menyediakan genset yang dapat segera menyala dalam hitungan detik. Dan, sebagai sebuah sistem yang terintegrasi, Terminal 3 bandara Soetta ini juga mengaplikasikan Intelligent Building Management System yang berfungsi untuk mengatur penggunaan energi, sehingga Smart Building System dan Eco-Friendly Airport dapat diimplementasikan secara otomatis.

Desain Bangunan mayoritas menggunakan kaca agar memaksimalkan pencahayaan dari Matahari dan meminimalisir penggunaan listrik

Tidak berlebihan rasanya jika saya beranggapan bahwa Terminal 3 Bandara Soetta ini adalah sebuah jawaban penantian panjang masyarakat Indonesia akan sebuah terminal bandara yang memadai dan berkelanjutan. Tidak hanya 3 Konsep unik yang dipadukan dalam pembangunan bandara ini, tetapi juga berbagai fasilitas lain yang akan menunjang operasional Terminal ini. Seperti Food and Beverage Corner yang menyediakan fasilitas restoran dan counter makanan dan minuman, Playground Corner di ruang tunggu bagi si kecil yang ikut dalam penerbangan, Nursery Room bagi ibu yang masih menyusui serta Lounge and waiting room yang begitu nyaman. Ke depannya, akan dibangun sistem holistik terintegrasi yang akan menghubungkan jalur kereta api dari stasiun manggarai langsung ke Terminal 3.

Worry no more moms! sudah ada child corner buat si kecil 

Ruang tunggu sebelum naik ke pesawat dengan desain sofa minimalis dan nyaman

Well, bagaimana pendapat kalian mengenai terminal 3 Bandara Soetta ini? Yang jelas, menurut saya, eksistensi Terminal 3 bandara Soekarno-Hatta ini mengindikasikan adanya upaya perbaikan fasilitas publik di Indonesia. Oleh karena itu, sangat layak untuk diapresiasi.


Rabu, 13 Juli 2016

Emak - Emak Mengejar Beasiswa: Part 4: Kenapa Harus Australia Awards Scholarship?

Ahhh, akhirnya saya bisa nulis tentang cerita beasiswa lagi. Mumpung masih libur. Hehe. Di tulisan cerita beasiswa saya kali ini, saya akan berbagi mengenai salah satu keunggulan beasiswa Australia Awards Scholarship dibanding dengan beasiswa lainnya. Tentu semua jenis beasiswa bagus dan punya keunggulan tersendiri. Misalnya, LPDP, beasiswa ini direkomendasikan untuk mereka yang punya keluarga karena setiap anggota keluarga yang dibawa serta juga akan mendapatkan tunjangan tambahan sebesar 25% dari jumlah beasiswanya. Atau beasiswa DIKTI yang katanya punya kuota khusus buat para pengajar, sehingga hampir dipastikan bisa lulus kalau kamu pengajar atau dosen, tentunya dengan usaha keras juga ya. Lalu, apa yang membuat saya akhirnya melamar beasiswa Australia Awards Scholarship (selanjutnya akan saya sebut AAS)?Apa sih salah satu keunggulan beasiswa ini yang membuat saya sangat amat bersyukur mendapatkannya? Jawabannya ada pada: Pre Departure Training. Makhluk macam apalagi itu? Yuk, simak pengalaman saya yang sudah sekitar 1,5 bulan mengikuti Pre Departure Training AAS.

Selasa, 05 Juli 2016

Dimana Kedamaian?

5 Juli 2016, sehari saja sebelum hari kemenangan akbar bagi umat islam di dunia, 3 lokasi di tanah suci diserang oleh teror bom. Sontak perih yang saya rasa dan diam tak dapat berkata-kata. Dalam kurun waktu yang juga dekat, beberapa negara islam juga mengalami teror serupa. Sebut saja Iraq, Bangladesh dan Turki. Miris. Semua tahu ini ulah siapa. Tak perlu lah saling menunjuk segolongan atau komplotan tertentu.