Selama ini, Indonesia kerap
dianggap belum berhasil menemukan jawaban terhadap infrastruktur yang memadai, termasuk
dalam hal pengembangan Bandara Udara-nya. Apalagi menyentuh soal konsep
pembangunan insfrastruktur yang berkelanjutan. Sebuah konsep yang saat ini
sedang seksi didengar telinga, namun sulit untuk diterapkan. Namun, tahukah
anda bahwa Terminal 3, salah satu terminal baru di bandara ini mulai menerapkan
konsep berkelanjutan tersebut? Mari intip pengalaman saya bersama para Blogger
lainnya yang mendapatkan kesempatan berkeliling bandara seluas 422.804 m persegi ini.
Konsep Unik: People,
Culture and Nature
First impressions are the most lasting. Begitu kira-kira ungkapan
pepatah terkenal dari negeri barat yang kerap terdengar. Jadi, tidak heran jika
banyak orang mengasosiasikan bandara udaranya dengan gambaran jati diri bangsa.
Hal inilah yang saya temukan pada terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta yang menurut
saya, berhasil merepresentasikan keberagaman etnik di Indonesia berbalut dengan modernitas
rakyatnya. Bagaimana tidak? Konstruksi
bangunan yang memiliki 18 Gates
penerbangan domestik dan 10 Gates
penerbangan internasional ini dibangun atas dasar 3 nilai filosofi, yaitu People, Culture and Nature. Wow!
Menarik bukan?
 |
Drop Zone Area Terminal 3 CGK
Pintu Utama Terminal 3 CGK |
People
Sebuah bandar udara sejatinya
merupakan gerbang pengalaman interaksi dengan berbagai orang dari latar
belakang yang beragam. Akan ada sejuta wajah dan berbagai kisah yang menjadi
inti dari konsep People di terminal 3 Bandara Udara Soekarno – Hatta. Begitu
masuk ke dalam pintu utama terminal ini, pengunjung akan disambut oleh
Airport Security System yang dilengkapi
dengan CCTV dan teknologi pemindai wajah serta alat penemu-kenal benda
berbahaya, seperti bom dan senjata tajam. Harapannya, jika ada pengunjung yang
dicurigai, alat ini dapat mencocokkan informasi tersebut dengan daftar orang
yang dicari oleh pihak terkait. Semoga saja, teknologi ini juga dapat
meminimalisir kasus pelarian koruptor atau teroris ke luar negeri ya.
 |
Alat pemindai benda berbahaya di Airport Security System Terminal 3 SOETTA |
Selain itu, terminal 3 yang
memiliki
daya tampung 25 juta orang
setiap tahun-nya ini, juga berfungsi sebagai wadah eksibisi bagi berbagai
seniman dari negeri kita yang terkenal akan kepiawaiannya dalam berkreasi.
Sebut saja Angki Purbandono dan Nus Salomo yang akan memenuhi beberapa dinding
di area Bagage Claim dengan lukisan dan karyanya seputar batik dan ukiran.
Tidak hanya itu, mata pengunjung juga dimanjakan oleh kehadiran beberapa spot
instalasi seni yang ada di dalam terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta ini,
seperti salah satu spot instalasi seni yang berisi tampilan wajah seniman
kondang negeri ini, diantaranya wajah Benyamin Sueb, Titik Puspa dan Idris
Sardi. Betul-betul membuat pengunjung betah berlama-lama di dalam bangunan ini.
 |
Lukisan karya salah satu seniman Indonesia yang kaya akan kreasi |
 |
Instalasi seni yang berisi tampilan figur seniman Indonesia |
Dan untuk mencegah
bottleneck (penumpukan dan keterlambatan) dari banyaknya penumpang,
terminal 3 ini dilengkapi dengan teknologi
Bagage
Handling System level 5. Sistem barcode merupakan salah satu fitur andalan
dari teknologi ini, dimana proses bagage handling akan menjadi lebih cepat
karena tidak lagi mengandalkan tenaga manusia secara manual yang juga
berpotensi menyebabkan kerusakan atau kehilangan barang dari koper penumpang.
Ditambah lagi, sistem ini juga dapat mendeteksi keberadaan bahan peledak
berbahaya seperti bom.
 |
Bagage Claim Area dengan teknologi terkini |
Culture
Salah satu competitive advantages
lainnya dari Terminal 3 Bandara CGK ini adalah sisipan nilai etnik dan budaya
Indonesia pada ornamen konstruksi bangunannya. Anda akan mudah mengenali motif
kain dan batik dari pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua dan Sulawesi dari
hiasan yang terukir di bagian atas Check – In and Baggage Drop Counter
bersebelahan dengan layar TV. Sungguh Indah. Masih di lokasi yang sama, anda
juga akan melihat bentuk atap counter tersebut yang mengambil inspirasi dari
rumah adat Tongkonan dari Sulawesi. Belum lagi pilar-pilar tinggi dan terkesan
miring yang juga merupakan ciri khas dari beberapa rumah adat di Indonesia.
 |
Ukiran Khas Indonesia yang mencerminkan keanekaragaman budaya |
 |
Pilar besar dan atap miring di bagian Check-in counter sebagai cerminan rumah adat Indonesia
Lounge Area Bagi Business Class Passanger
|
Selain itu, sentuhan budaya juga
dapat dilihat pada langit-langit Terminal 3 Bandara CGK ini, dimana lengkungan
garis-garis tersebut melambangkan air dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau
di Indonesia. Dan semuanya dibuat oleh arsitektur Indonesia loh. Nah, keren
banget kan? Kalau itu rasanya belum cukup mencerminkan budaya Indonesia,
terdapat juga konsep cerdas untuk memajukan pengusaha dan budaya lokal yang
menjadi salah satu komoditas di Indonesia, yaitu Kopi.
Terkait dengan hal itu, Rhenald Kasali, selaku President Commissioner dari PT Angkasa
Pura II, mengatakan bahwa budaya meminum kopi sambil berdiskusi merupakan salah
satu nilai kearifan lokal yang dapat diberdayakan. Contohnya saja, di Belitung
atau Aceh yang mana kedai kopi lokal-nya selalu ramai dikunjungi. Namun, sering
kali kopi merek lokal dan pengusaha kopi lokal kalah saing dan tidak dikenal
oleh khalayak ramai. Oleh karena itu, di Terminal 3 ini, nantinya akan dengan
mudah anda temukan kedai kopi lokal bersanding dengan merek-merek kopi asing
yang sudah mendunia. Bahkan, PT Angkasa Pura II berencana menyiapkan skema
permodalan tertentu sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan , agar kedai
kopi lokal dapat bersaing dan dikenal masyarakat Indonesia dan dunia, salah
satunya dengan cara membuka gerai di Terminal 3 Bandar Udara CGK.
Nature
Melengkapi 2 competitive
advantages sebelumnya, konsep Nature adalah hal yang juga saya kagumi dari
Terminal 3 ini. Betapa tidak, eco-green concept mulai diterapkan dalam
konstruksi bangunan terminal ini. Diantaranya teknologi Recycle Water System yang mampu mengolah air yang sudah terpakai
agar layak digunakan kembali untuk keperluan airport maintenance equipment. Ditambah
lagi dengan keberadaan teknologi penangkap uap air dan Rain Water System yang juga bertujuan untuk menyediakan air bersih
yang layak digunakan untuk operasional bandara. Wah, konsep Renewable Energy
sudah mulai diadopsi di Terminal 3 ini.
Tidak hanya itu, bangunan
Terminal 3 juga didesain untuk meminimalisir penggunaan listrik berlebihan dari
lampu dan penerangan. Sehingga, tidak heran jika kita melihat banyaknya
penggunaan kaca di Terminal 3 ini. Dengan demikian, cahaya matahari akan banyak
masuk dan berperan sebagai penerangan. Tapi jangan khawatir, jika mendung atau
mati lampu sekalipun, terminal ini sudah menyediakan genset yang dapat segera
menyala dalam hitungan detik. Dan, sebagai sebuah sistem yang
terintegrasi, Terminal 3 bandara Soetta ini juga mengaplikasikan
Intelligent Building Management System
yang berfungsi untuk mengatur penggunaan energi, sehingga
Smart Building System dan
Eco-Friendly
Airport dapat diimplementasikan secara otomatis.
 |
Desain Bangunan mayoritas menggunakan kaca agar memaksimalkan pencahayaan dari Matahari dan meminimalisir penggunaan listrik |
Tidak berlebihan rasanya jika
saya beranggapan bahwa Terminal 3 Bandara Soetta ini adalah sebuah jawaban
penantian panjang masyarakat Indonesia akan sebuah terminal bandara yang
memadai dan berkelanjutan. Tidak hanya 3 Konsep unik yang dipadukan dalam
pembangunan bandara ini, tetapi juga berbagai fasilitas lain yang akan
menunjang operasional Terminal ini. Seperti Food and Beverage Corner yang
menyediakan fasilitas restoran dan counter makanan dan minuman, Playground
Corner di ruang tunggu bagi si kecil yang ikut dalam penerbangan, Nursery Room
bagi ibu yang masih menyusui serta Lounge and waiting room yang begitu nyaman.
Ke depannya, akan dibangun sistem holistik terintegrasi yang akan menghubungkan
jalur kereta api dari stasiun manggarai langsung ke Terminal 3.
 |
Worry no more moms! sudah ada child corner buat si kecil |
 |
Ruang tunggu sebelum naik ke pesawat dengan desain sofa minimalis dan nyaman |
Well, bagaimana pendapat kalian
mengenai terminal 3 Bandara Soetta ini? Yang jelas, menurut saya, eksistensi Terminal 3 bandara Soekarno-Hatta ini mengindikasikan adanya upaya perbaikan fasilitas publik di
Indonesia. Oleh karena itu, sangat layak untuk diapresiasi.