Senin, 22 Februari 2016

Absurd: Sesi 1


Kata ini melimpah ruah
Apalagi tanya

Ada yang tenggelam
Ada yang termakan
Tertelan bulat oleh amarah
Tertampar habis oleh kecewa

Tidakkah ini akan hilang?
Tidakkah ini ada akhirnya?
Pun sedetik saja

Pertentangan ego
Buas
Hingga jatuh binasa

Hanya aksara tak bermakna...



Gena Lysistrata - 22 Februari 2016

Senin, 15 Februari 2016

Emak-emak Mengejar Beasiswa: Part 3

Smart readers, maaf ya weekend kemarin bener-bener gak sempet nulis karena full time urus anak dan misua. Hehe. Sebelum bekerja hari ini, saya sempatkan menulis lagi sambungan cerita beasiswa...Hari ini temanya tentang proses seleksi Australia Awards Scholarship Indonesia yang saya alami sendiri. FYI, beasiswa ini memang mengalami banyak perubahan nama ya, dari mulai ADS, AAS sampai sekarang berubah lagi menjadi AAI. Beberapa peraturan pun turut berubah, seperti di masa saya sekarang ini sudah tidak ada lagi tanggungan untuk suami dan anak. Walau demikian, saya tetap sangat bersyukur bisa menjadi salah satu dari 200 orang beruntung yang terseleksi dari 3700 pelamar. Okay, sudah siap ikut saya merasakan proses seleksi beasiswa AAI 2015-2016?*halah..

1. Application Submission
Jika saya tidak salah ingat, AAI membuka pendaftaran beasiswanya mulai dari bulan April di setiap tahunnya. Saya ingat betul, saat itu saya baru satu bulan masuk kerja di kantor saya sekarang ini. Ada dua metode untuk menyampaikan form aplikasi yang kita isi, yaitu 1) melalui situs online AAI. Cuma karena waktu itu saya mengalami kesulitan mengisi secara online, akhirnya saya putuskan untuk mengisi form aplikasi secara langsung (Hard copy) 2) mengambil berkas form aplikasi di kantor AAI. Kita tinggal datang ke kantor AAI dan meminta langsung berkas form aplikasi untuk diisi. Thanks to my husband, yang saat itu bersedia mewakili saya mengambil form aplikasi AAI. Soalnya, saya kan anak baru nih di kantor, nggak enak dong kalo mesti izin-izin keluar kantor gitu. Hihi *sok teladan. Bagian yang perlu diperhatikan saat mengisi form aplikasi ini adalah bagian mengapa anda pantas mendapatkan beasiswa AAI dan rencana anda setelah mendapatkan beasiswa AAI. Dua hal ini akan terus menerus menjadi pertanyaan kunci di proses seleksi selanjutnya. So, you better prepare your self ya!

2. Administration Selection
Tepatnya tanggal 27 November 2015, saya menerima email dari salah satu data coordinator di AAI, bahwa saya dinyatakan lulus seleksi administratif. Alhamdulillah! inget banget saat itu saya lagi meeting di kantor dengan Early Childhood Development Specialist di kantor saya. Seharian itu, sebelum dapat email cintah dari AAI, rasanya badmood banget, gimana enggak coba?, saya dan si ECD Specialist ketibanan kerjaan bikin analisa buat Endline Survey Report gegara konsultannya kurang kompeten. Tapi, begitu saya buka emailnya, saya langsung teriak, sampai si ECD Specialist saya itu kaget. Saya berusaha cerita ke dia, tapi dengan suara tersedu-sedu karena haru. Hamdallah, bisa lulus seleksi administratif di percobaan pertama saya mengejar beasiswa.


Ketika anda dinyatakan lulus seleksi administratif AAI, anda akan menerima CD seperti gambar ini. Informatif sekali isinya. Hehe

3. IELTS Test and JST Interview
Email pernyataan bahwa saya lulus seleksi administrasi, rupanya juga merupakan email pemberitahuan yang menjelaskan proses seleksi apa saja yang harus saya lalui. Di email tersebut dinyatakan bahwa saya diundang untuk mengikuti IELTS Test dan JST Interview. Loh, kok mesti tes IELTS lagi ya?saya agak bingung awalnya, kenapa saya yang pada saat submit aplikasi melampirkan skor tes IELTS, tetap diminta untuk tes lagi. Huhu. *Langsung lah terbayang ribet dan pusingnya ngerjain itu tes. Bikin keriting otak bow!. Haha. Oh ternyata, memang demikian peraturannya, kecuali tes IELTS yang disubmit usianya kurang dari 3 bulan semenjak diterbitkan hasil skornya. Hehe. Yowes lah, wong tesnya juga dibayarin AAI kok. Haha, jadi gak rugi dong..cuma nggak pede aja bakal bisa dapet skor yang sama atau nggak. Karena untuk lulus IELTS Test AAI, anda harus punya skor diatas 5. Nah, di email itu, dijelaskan bahwa saya akan mengikuti IELTS Test di bulan Januari 2016, tepatnya tanggal 8-9 Januari 2016. Wihhh, baik ya AAI, dikasih waktu loh sekitar 2 bulan untuk belajar dan persiapan. Makanya, cinta deh sama beasiswa AAI ini. Hehe. Oh ya, jangan lupa untuk daftar online IELTS testnya di link yang akan diberikan di email ya.

Lalu, tiba pula waktunya saya harus ikut IELT test di IALF Kuningan. Hari pertama, saya mengerjakan soal listening, reading dan writing sekaligus. Karena waktunya agak lama, hampir setengah hari, termasuk dengan proses daftar ulang, saya rekomendasikan anda sekalian untuk BAWA MAKANAN dan MINUMAN! ini penting cyiiin! apalagi buat saya yang punya maag akut. Dudulnya, saya gak bawa makanan saat itu, sementara perut udah keroncongan nunggu panggilan tes. Rejeki istri solehah kali ya, saya ketemu salah satu kandidat AAI yang ngasih saya sebungkus roti coklat!maaaak, saya selamat! Haha. Well, bicara mengenai tesnya, saya sempat merasa frustasi, karena banyak banget soal di listening section yang saya tidak bisa jawab. "Duh, gw budeg amat yak!" pikir saya saat itu. Masa bisa kosong segini banyak listening sectionnya, padahal udah latian beberapa kali. Haha. Tapi, saya gak kehilangan akal, karena soalnya essay, saya tebak-tebak berhadiah aja, yang penting diisi semua, tentu pake logika ya. Hehe. Untuk reading, saya merasa aman, malah selesai lebih cepat. Nah, untuk writing, saya merasa kurang waktu saat ngerjain writing section yang pertama. Karena taktik saya adalah mengerjakan writing section yang kedua dulu, yang mana bernilai lebih tinggi. Alhamdulillah, walau gak ada peningkatan dari IELTS Test pertama saya, saya bisa lulus, karena skor IELTS saya ternyata tetap 6, sodara-sodara!hahaha.

Selain IELTS Test, saya diundang juga untuk JST Interview (Joint Selection Team Interview) yang dijadwalkan pada tanggal 25 Januari 2016. Fiuuuh, ini nih sebenernya yang paling menantang diantara semua fase proses seleksi yang harus dilewati. Karena nantinya, saya akan berhadapan dengan 2 orang penguji ahli yang punya study background luar biasa. Macam jaman sidang skripsi, mak!. Dari yang saya baca, penguji ahli biasanya terdiri dari 2 orang, satu orang indonesia dan satu lagi orang Australia. Valid ini infonya! karena saya juga dihadapkan pada 2 penguji ahli, yang terdiri dari satu profesor laki-laki dari Indonesia Timur, kalau saya tidak salah, beliau adalah rektor Universitas Cendrawasih. Dan yang kedua, seorang wanita, profesor atau doktor gitu dari University New South Wales. Saya cuma berdoa supaya diberikan penguji ahli yang baik hati, supaya nanti saya tidak gugup saat diwawancara. Dan doa saya terkabul! dua orang penguji saya ini ternyata sangat amat baik hati sekali! Haha. Berbeda banget dengan beberapa cerita kandidat AAI lainnya yang sempat ngobrol ketika kelar JST Interview. Mereka semua dapet penguji ahli yang nggak friendly, mencecar, dan terkesan menjatuhkan. Begitu juga review yang saya baca di blog-blog lain. Tetapi, hal itu tidak terjadi pada saya. ALHAMDULILLAH!. 

Begitu masuk ruangan, mereka tersenyum lebar sekali (walau saat itu saya adalah peserta terakhir yang akan diinterview). Udah jam 12 lewat, mereka pasti capek dan laper dong mewawancarai 9 kandidat sebelum saya. Saya aseli udah ketar-ketir aja takut mereka gak mood lagi. Si ibu Profesor lalu mempersilahkan saya duduk, memberi saya semangat dan meminta saya untuk tenang selama proses interview. Haha, menurut ngana?!! yang ada perut rasanya bergejolak!. Tapi, aseli si ibu dan bapak penguji saya ini welcome abis. Lalu, mulai lah si Ibu bule ini bertanya mengenai diri saya, dia minta saya menceritakan diri saya dan mulai bertanya panjang lebar mengenai kerjaan dan mimpi saya. Walau saya rasa jawaban saya acak kadut, si Ibu tetap memberikan senyuman dan sesekali melontarkan kata-kata yang mengindikasikan beliau terkesan. Selanjutnya, giliran si bapak prof ini bertanya kepada saya. pertanyaannya singkat-singkat. Lebih terkesan mengkonfirmasi jawaban yang saya tuliskan di form aplikasi. Tapi, lalu dia bertanya mengenai mimpi dan cita-cita saya. Seketika dia langsung berteriak excited: "Thats it! thats I want to hear from you! I knew you have beautiful hidden agenda..I am glad that I can dig that out from you.." Alhamdulillah ya Allah, pernyataan si bapak ini benar-benar mendukung saya. Bukan menjatuhkan. Tips lainnya, yang menurut saya bisa bikin lulus interview: bawa contoh karya atau tulisan kamu selama bekerja. It really works! saya saat itu membawa parent handbook yang saya inisiasi bersama ECD Specialist di kantor, selain itu saya juga bawa contoh t-shirt mini social campaign yang pernah saya buat. Hehe, macam sales marketing obat presentasi ke dokter cyiiin..bawa deh tuh obat-obatan yang yahud :p. Anyway, saya pengen rasanya berterima kasih ke kedua penguji ahli saya itu, tapi sayang saya lupa namanya. Hihi, yang saya inget malah nama salah satu penguji ahli yang guantengggg banget, dari ANU, universitas yang saya tuju. Bahahaha.

4. Pengumuman Hasil Seleksi
Dan...saat-saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tanggal 10 Februari 2016. Sebenarnya, pengumuman hasil seleksinya terlambat satu minggu. Karena berdasarkan briefing ketika IELTS Test dan JST Interview, diinformasikan bahwa pengumuman akan diberitahukan secara personal melalui email pada minggu pertama bulan Februari 2016. Hal itu mengakibatkan saya agak menggila, hampir tiap hari, tiap jam, saya mengecek email. Haha. Sampe ngecek segala ke kaskus. Ada thread khusus tentang AAI loh..coba browsing ya, lumayan informatif tuh. Ya, saya bersyukur banget bisa dapet email pemberitahuan bahwa saya lulus AAI 2016. Pada percobaan pertama. Subhanallah. Saat itu, saya langsung telpon mama saya untuk memberitahukan hal ini. And you know what?she's crying..ahhh mama, berkat doa mama dan keikhlasan mama nih, Gena bisa lulus. Makasih ya ma..Setelah itu, barulah saya memberitahukan suami saya dan teman-teman saya. Sekarang ini, saya masih menunggu email pemberitahuan mengenai tahap selanjutnya, yaitu pre-departure training.

Baiklah, sekian saja cerita saya hari ini. Next time, saya mau bikin satu tulisan lagi, khusus untuk orang-orang yang berjasa dan membantu saya saat mengejar beasiswa AAI. Thanks for reading ya!

Jumat, 12 Februari 2016

Emak-emak Mengejar Beasiswa: Part 2

Okeh, kita sambung lagi ya tulisan kemarin...Memang nggak ada yang pernah bilang ke saya, kalau mengejar beasiswa setelah punya anak itu tidak mudah. Saya tidak menyebutnya sebagai hambatan ya, tapi tantangan. Saat saya berusaha flash back apa saja yang sudah saya lakukan sampai akhirnya bisa menjadi salah satu dari 200 Australia Awards Scholarship Awardee, saya sendiri tertegun. memang lebih enak mengenang ya, daripada melakukannya. Haha. Baiklah, berikut hal-hal yang saya lakukan dalam rangka mempersiapkan beasiswa:

1. Bikin Komitmen dengan Suami dan Caregiver
"Berdua denganmu..pasti lebih baik..." kira-kira begitu penggalan lagu dari Acha Septriasa (yang adalah selingkuhannya mantan saya. wkwkwk. kok jadi curcol?). Never mind. Intinya, karena kita sudah berkeluarga dan punya anak, ada baiknya kita diskusikan terlebih dahulu mengenai rencana kita mengejar beasiswa. Tentunya supaya bisa meminimalisir hal-hal yang mungkin tidak kita harapkan. Kalau dulu, saya diskusi dengan suami dan menyusun rencana apa yang akan saya lakukan dan alokasi dana yang harus disiapkan terkait dengan rencana tersebut. Beruntung, kami sepakat untuk mendukung saya dahulu yang maju mengejar beasiswa, setelah itu, baru lah suami saya yang nanti akan mengejar beasiswa, Oh ya, saya juga sounding rencana saya ke Mama dan papa saya sebagai yang selama ini mendampingi saya mengasuh Janthra. Ini membantu banget loh, misalnya ya, ketika saya sudah bekerja kembali dan tidak mungkin izin untuk mengantarkan langsung formulir aplikasi dan berkas beasiswa ke AAS Office, maka suami saya lah yang mewakili saya untuk pergi mengantarkan. Atau saat saya harus konsentrasi belajar karena besoknya IELTS Test, mama dan papa saya langsung bantu mengurus Janthra. Pastikan support system kita mendukung penuh ya.



2. IELTS Preparation Course
Saya sadar bahasa inggris saya pas-pas-an. Pas ditanya bule ya bisa jawab, pas disuruh ngomong ya bisa ngomong, tentunya dengan banyak jeda' aaa', iii', uuu', eee'. Haha. Jadilah, kami memutuskan bahwa saya perlu ikut IELTS Preparation Course. Bukan apa-apa sih, IELTS test itu kan mihil ya biayanya, sekitar 2,5 juta, lah nanti kalau kita minim persiapannya, sayang dong duit 2,5 juta itu melayang??Mayan tuh bisa buat beli dompet Kate Spade. Haha. Apalagi setelah saya browsing dan tanya-tanya ke beberapa teman, model soal IELTS ini berbeda dengan TOEFL. Dulu, saya pernah ikut TOEFL dua kali, dan dapet skor 500 dan 528, tapi ini tidak membuat saya yakin bahwa saya bisa dapat nilai yang baik di IELTS Test. Saya sih sangat merekomendasikan anda untuk ikutan IELTS Preparation Course ya. Karena disini, kita di-drill untuk terbiasa mengerjakan soal-soal khas IELTS. Apalagi IELTS test punya 2 komponen bahasa inggris yang perlu perhatian khusus. Writing dan Speaking. Writingnya akan ada 2 bentuk soal, soal pertama kita diminta menganalisa gambar, tabel, grafik, dll dan menuangkannya menjadi essay. Soal kedua, kita diminta untuk mengeluarkan opini kita dan berargumentasi atas pernyataan yang disediakan, tentunya dituangkan juga dalam essay bahasa inggris. Nah, Speakingnya, kita berhadapan langsung dengan native speaker. Biasanya examiner akan meminta kita menceritakan tentang diri kita, bertanya tentang beberapa topik secara random dan melakukan speech atas topik yang mereka berikan. Aw aw aw, jadi harus bener-bener disiapin doong.

3. Kontak Dosen, Bos dan Siapapun yang bisa kasih Recommendation Letter!
Ini wajib hukumnya! dari jauh-jauh hari ya. Bina relasi yang baik dengan Bapak dosen dan bos tercinta, sehingga pada saatnya nanti kita minta mereka memberikan surat rekomendasi, mereka akan dengan senang hati menulisnya. Hehe. Saya sih dulu beberapa bulan sebelumnya sudah mulai kontak lagi dengan mereka, entah sekedar menanyakan kabar, kabar keluarga atau kesibukan saat ini. Kan nggak etis juga, kalo ujug-ujug kita minta surat rekomendasi mereka tanpa tedeng aling-aling. Haha. Oh ya, permohonan surat rekomendasi ini biasanya ada 2 cara, 1) Orang yang merekomendasikan kita menulis sendiri surat rekomendasi untuk kita, sehingga lebih genuine, tulus dan mengena. Hehe. Cuma biasanya ini akan sulit bagi orang-orang yang sibuk 2) Kita membuat draft surat rekomendasi, mengirimkan kepada orang yang akan menjadi referee kita, lalu jika setuju, mereka akan langsung tanda tangan. Nah, cara ini biasanya lebih banyak dipakai, mengingat kesibukan orang-orang penting yang akan jadi referee kita. Beruntung, saya punya mantan dosen di Ilmu Kesos UI dulu yang sekarang jadi wakil dekan FISIP UI. Selain beliau, saya juga meminta team leader saya di kantor lama yang notabene-nya bule keturunan belanda-turki untuk menjadi referee saya. Siapa referee kita, juga sangat menentukan loh. Pilih lah orang-orang yang cukup dikenal, punya publikasi baik dan punya pengaruh di bidangnya.

4. Disiplin Belajar, Belajar dan Belajar.
Kenapa saya sampai menekankan kata Belajar sampai 3 kali?hehe, karena inti dari semua ini adalah belajar. Kita mau dapat beasiswa supaya kita bisa belajar hal baru juga toh. Karena itu, dalam perjalanan mendapatkannya, ya harus dengan belajar dong. Dulu, saya membuat target belajar setiap hari. Setiap hari, harus ada 1 dari 4 komponen bahasa inggris di dalam IELTS Test yang harus saya pelajari. Pelajari teorinya dan latihan mengerjakan soalnya. Hehe. Saat itu, buat saya lumayan menantang situasinya. Saya saat itu belum bekerja, masih menyusui dan mengurus anak sendiri.  No baby sitter atau pembantu. Mama papa saya baru ikut membantu mengurus Janthra ketika saya sudah mulai bekerja. Ripuh banget bagi waktu untuk urus anak dan suami, serta untuk belajar. Biasanya saya curi-curi waktu belajar sehabis menyusui Janthra, tentunya setelah Janthra tertidur pulas. Hilangkan rasa capek, penat atau lelah karena mengurus anak. Saya tahu, paling enak setelah nyusuin anak itu ya ikut tertidur pulas kan bersama anak?tapi dalam kasus ini, TIDAK BISA. Waktu anak tidur, waktu emas untuk kita belajar, walau dalam kondisi ngantuk atau capek. Hehe. Ingat betul saya, ketika baru sekitar 10 menit belajar, anak saya pun bangun dan akhirnya saya harus menutup buku dan mencari kesempatan lain. Seringnya begitu. Hehe. Belum lagi saya juga harus cari waktu untuk pumping ASI sebagai cadangan. Atau ada kalanya payudara sakit karena penuh susu, luka karena gigi anak. Hah, luar biasa lah pokoknya. Hehe. Waktu paling mantap buat saya belajar sendiri biasanya tengah malam, selesai sholat tahajud, selepas menyusui anak. Belajar sendiri ini penting loh, karena walau kita sudah ikutan preparation course, tapi kalau tidak belajar dan latihan sendiri ya sama aja bohong. Hehe.

5. Pelajari Beasiswanya
Ini tidak kalah penting. Kita harus mengenal siapa pemberi beasiswa kita, fokus mereka, persyaratan dan administrasi yang harus dipenuhi dan tentunya form aplikasi yang harus dilengkapi. Di dalam form aplikasi, tantangannya itu ya pada saat kita harus membuat essay, mengapa kita patut mendapatkan beasiswa, apa kontribusi kita ke depan untuk Indonesia. Nah, untuk poin ini, banyak-banyak lah baca buku, baca berita, diskusi dengan teman-teman yang sudah pernah mendapatkan beasiswa. Waktu itu, saya harus curi-curi waktu mengisi formulir aplikasi beasiswa di tengah padatnya jadwal program di kantor yang harus saya implementasikan. Yak! saat itu saya sudah mulai masuk kantor baru dan harus menjalankan program pengembangan anak usia dini di 3 tempat, Semarang, Bogor dan Jakarta Utara. Walhasil sering bgt travelling dan badan rasanya rontok banget. Haha. Tapi ya harus pintar cari waktu untuk isi form aplikasi.

6. Banyak Ibadah dan Rutin Berbuat Kebaikan
Saya percaya pada kekuatan doa. Karena itu, saya punya target sendiri bahwa saya harus memperbanyak ibadah saya dan lebih rajin berbuat kebaikan dari biasanya. Berbuat kebaikan ini bisa dengan berbagai cara loh kalau kita kreatif. Kan gak harus juga dengan selalu mengeluarkan uang sedekah. Bisa dengan ikut membantu teman mempermudah urusannya, membantu kesulitan yang dihadapi kedua orang tua, dll. Prinsipnya, siapa membantu orang lain, sama saja dengan membantu diri snediri juga menuju impiannya. Saya merasakan betul hal itu, banyak dukungan yang saya dapat, termasuk kemudahan dalam tes seleksi beasiswa AAS dan proses JST Interview-nya.

7. Ikhlas
Setelah semua aplikasi dikirim dan berbagai usaha kita lakukan, saatnya kita mempersiapkan mental kita atas semua yang akan terjadi. Bersiap untuk resiko terburuk dan berharap untuk hasil yang terbaik. Ikhlas apapun hasil yang akan terjadi. 

Well, kira-kira inilah 7 hal yang saya lakukan dalam mempersiapkan pengajuan aplikasi beasiswa. Selanjutnya, saya mau nulis apalagi ya?Oh mungkin tentang proses seleksinya ya. Okeh, semoga besok ada waktu juga untuk menulis sambungan cerita ini ya. Hehe. Thanks for reading!

Kamis, 11 Februari 2016

Emak-emak Mengejar Beasiswa: Part 1

Emang kalo sudah menikah, punya anak dan jadi emak-emak, ga boleh ya mengejar beasiswa?hehe. Terkadang saya sedih kalau melihat beberapa Ibu yang terkesan nyinyir kalau ada emak-emak yang mau sekolah lagi. Saya yakin ini bukan masalah pilihan ego pribadi atau tanggung jawab sebagai ibu dan istri. Justru, melanjutkan pendidikan itu salah satu cara untuk mencerahkan masa depan keluarga. Kalo di bahasa sosiologinya sih, pendidikan itu salah satu alat mobilisasi dalam stratifikasi sosial. Hehe.

Anyway, dari dulu, zaman masih muda, single dan imut-imut dulu, saya punya impian untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Tapi, itu sebatas ucapan keinginan saja. Tidak ada realisasi berarti selain mengagumi orang-orang dan teman dekat yang satu-per-satu berjuang mendapatkan beasiswa atau mengontak mereka untuk menanyakan apa saja yang harus dilakukan untuk mempersiapkan beasiswa. That's it. Tidak ada movement yang berarti. Kenapa?karena saya merasa tidak percaya diri, merasa sulit dan banyak hambatan, malas serta takut. Iya, pikiran saya sendiri yang justru melemahkan diri saya.

Sampai suatu waktu di tahun 2013, ketika kami sedang mengalami kesulitan keuangan dan saya tengah terlibat pembicaraan serius dengan Pak Suami di sebuah taksi. Posisi saya saat itu sedang hamil. Saya betul-betul 'tertampar' dengan kata-kata suami saya, hingga saya cuma bisa terdiam dan menangis sepanjang perjalanan. Haha. Intinya nih, Pak suami mempertanyakan mimpi saya untuk mengejar beasiswa dan apa realisasi yang sudah saya lakukan untuk mengejar mimpi itu. "Jangan cuma ngomong doang mau beasiswa, dari dulu sampe sekarang cuma ngomong doang. Realisasiin dong, bikin rencana dan pergerakan yang jelas" begitu lah kira-kira penggalan sadis kata-kata suami saya (maklum cyin, orang hamil kan sensitif ya.Haha). 

Wah, panas dong saya. Kata- kata suami saya akhirnya jadi pecut bagi saya. Saat itu saya berpikir: "Eh, liat aja nanti ya, habis gw lahiran, gw akan mulai bergerak dan gw buktiin kalo gw nggak cuma ngomong doang". Hahaha, padahal gak tau aja sejuta tantangan menunggu untuk dihadapi saat masa persiapan beasiswa itu. Gimana perjuangan belajar saat menyusui bayi dan mengurus anak, bekerja kembali dengan rutinitas menggila, sampe ketika kewalahan mengisi form aplikasi beasiswa karena kelelahan bagi waktu jadi ibu dan pekerja kantoran.

Tetapi hari ini, saya bisa tersenyum mengenang itu semua. Suami saya pun tersenyum bangga. Karena kemarin, saya mendapatkan email seperti dibawah ini:



Alhamdulillah. Tuhan tidak tidur. Tuhan tahu perjuangan saya untuk mencapai mimpi. Tuhan membayar semua kerja keras saya. Semua tangisan, lelah, kantuk, amarah, terbayar dengan satu email ini. Halah, mulai lebay dan melankolis nih. Besok, akan saya bahas satu persatu persiapan mengejar beasiswa, siapa tahu bisa jadi referensi. Hehe. Tulisan ini sebenarnya saya tujukan buat para ibu yang sering kali berpikir: "Ah, saya sudah menikah dan punya anak, buat apa sih saya mengejar mimpi?" Bayangin dong mak, kalo mak-emak bisa dapet beasiswa, anak bisa ikut ngerasain pendidikan berkualitas dan kualitas hidup serta lingkungan yang baik untuk bertumbuh. Saya sih pengen ngerasain pengalaman baru itu. So, jangan pernah melupakan mimpi ya mak! Dunia terbentang luas untuk dijelajahi. Hehe.

Selasa, 09 Februari 2016

Potong Rambut! Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah *Syarat dan Ketentuan Berlaku*


Rasanya...Rasa-rasanya nih ya, akhir-akhir ini saya banyak dipenuhi oleh energi negatif. Mulai dari banyak pikiran dan masalah dalam keluarga saya sampai ke masalah keluarga besar saya. Dari masalah riweuh-nya kerjaan di kantor sampe urusan tetek-bengek anak dan suami. Hehe. Sampe rasanya mau meledak aja. Udah gitu beberapa hari lalu anak saya, Janthra, jatuh terpeleset kain sampai bibir bawah-nya ancur bin jontor. Yassalam. Ini nih dilema ibu bekerja. Mau marah sama orang rumah karena kelengahan mereka kok kayaknya ga pantes (bagus udah ada yang jagain kan), tapi mau ga marah juga, hal begini harus diomongin supaya bisa dicegah.

Alhasil, saya berusaha menenangkan diri setelah mama saya kasih tau kejadian itu lewat telpon. Dia cuma tanya gimana cara hentikan pendarahan di bibir Janthra. Saya tanya kejadian lengkapnya kayak apa, si mama bilang gak tahu, karena dia sedang menelpon orang saat kejadian. Fiuhhhh...Begitu sampai di rumah, sontak saya kaget luar biasa, karena ternyata luka di bibir Janthra parah banget. Bibirnya bengkak dan pecah dibagian kiri bawah. Saat itu saya lemes dan cuma bilang: "kenapa gak ada yang kasih tau kalo ternyata lukanya cukup parah?" Mama saya cuma diem. Anyway, singkat kata, masalah akhirnya beres karena saya bisa nahan emosi dan nanyain kejadian ini baik-baik ke adik saya yang saat itu ada di TKP. Saya juga ngasih tau mama untuk segera menelpon saya ketika kejadian dan memotret luka Janthra, jadi saya tahu separah apa. Setelah itu, Sabtu kemarin saya juga bawa Janthra ke dokter karena takut luka-nya jadi infeksi.

Selesai lah masalah ini. Tetapi kok rasanya, mood saya tidak juga membaik ya?saya jadi sensitif dan gampang badmood. Karena masalah yang ada di hati dan pikiran saya (cuma Allah yang tau) masih teronggok disana tanpa penyelesaian. Yak!Saya sadar saya sedang dipenuhi aura negatif. Lalu, harus apa ya biar berasa dapet aura positif dan bikin lumayan ceria? Saya pun memutuskan untuk potong rambut. Haha, kenapa potong rambut? Kan rambut saya panjang dan tebel banget nih ceritanya pemirsah, di kala pusing melinting kayak gini, rasanya ini rambut jadi beban banget deh, alias bikin berat di kepala. Haha.

Ya udah lah saya browsing di instagram, kira-kira model rambut apa yah yang seru untuk dicoba. Sebenernya, saya dulu punya gaya potongan rambut favorit, modelnya tetep panjang (karena rambut saya harus panjang, kalo pendek jatuhnya keriting), tapi rambutnya acak-acakan gitu. Duh, susah jelasinnya. Pokoknya waktu itu saya keliatan kayak rocker cewek lawas. Haha. Saya suka kesan fierce-nya sih. Lalu, karena saya gak pernah tanya apa nama model rambut yang waktu itu, alhasil saya cari deh model rambut yang mirip-mirip, kayak gini nih, tapi lebih acak-acakan dan lebih panjang sih:

Cihuy yah?cocok buat rambut saya yang emang tebel banget

Untungnya, si mba tukang potong rambut-nya ngerti keinginan saya. Menurut saya jadi-nya bagus karena bikin muka saya keliatan lebih muda. Selain itu, enteng alias ringan banget di kepala, karena rambut saya ditipisin banyak banget alias di-trap. Tapi, maap yah saya gak bisa kasih lihat akhir hasilnya. Hehe. Yang jelas, saya dapetin perasaan lega, enteng, rileks dan seger begitu selesai potong rambut. Ngeliat hasilnya yang caem juga bikin saya bahagia. Jadi, setuju dong kalo saya bilang potong rambut itu mengatasi masalah tanpa masalah?Haha. Kecuali kalo si stylist-nya nggak ngerti apa yang kita mau terus potongan rambutnya gatot. Makanya saya bilang, syarat dan ketentuan berlaku yah. Haha


Jumat, 05 Februari 2016

Random: Keterbatasan Bukan Halangan!

Hari ini entah kenapa, saya merasa senang sekali. Jalanan pagi ini terlihat cukup lengang dari biasanya dan cuaca pagi ini mendung adem gimana gitu. Hehe. Ditambah lagi, hari ini adalah hari Jumat. Yuhuuuu, besok weekend!. Jadilah, tadi saya semangat berangkat ke kantor. Hoho. Nah, tiap ke kantor naik gojek, saya pasti lewatin pinggiran BKT. Dan beberapa kali saya pernah lihat seorang bapak di kursi roda menjajakan dagangan berupa kacang telur dan pulsa elektrik. Tiap lihat, rasanya pengen berenti dan beli dagangan si Bapak, tapi urung terus karena jalan disitu selalu padat dan macet, jadi kalo berenti, pasti ikut bikin menghambat.

Pagi tadi, saya dapet kesempatan luar biasa untuk berhenti membeli dagangan si bapak. Dari rumah, memang saya sudah berniat, jika jalanan tidak terlalu padat, saya mau berhenti menghampiri si bapak. Alhamdulillah niat saya didukung. Hari ini jalan pinggiran BKT yang dekat dengan RS Duren Sawit, tempat si Bapak berjualan rupanya tidak padat dan cenderung sepi. Beberapa meter sebelumnya, saya sudah bilang ke abang gojeknya: “Bang, nanti kalo di depan ada Bapak di kursi roda yang jualan, tolong berhenti sebentar ya”. Dan Si abang gojek pun setuju. Alhamdulillahnya lagi, si bapak berkursi roda sudah stand-by di tempat biasa (padahal biasanya ada aja halangannya, misalnya, pas saya dateng, si bapak belum dateng, atau jalanan rame ruar biasa). Kelihatannya ada seorang ibu yang juga baru membeli dagangannya.

"Pak, harga kacangnya berapa sebungkusnya?” tanya saya. “Dua ribu bu.” Jawabnya sopan dan singkat. Lalu setelah itu, saya pun membayar beberapa kacang yang saya beli. Si Bapak lalu tersenyum dan berkata: “Terima kasih bu”. Subhanallah! Itu senyum paling tulus dan menyenangkan yang saya temui pagi ini. Seketika, saya pun mengucapkan terima kasih kembali. Saya kagum. Dengan Bapak ini. Walaupun dia tidak bisa jalan dan harus menggunakan kursi roda, dia tetap berusaha untuk menghidupi diri. Tidak meminta-minta. Bayangkan dia harus berdagang di kursi roda di pinggir jalan, jalannya pun ramai dan padat, sehingga orang biasanya tidak peduli dan terus berkendara menuju tujuan. Saya tidak yakin juga banyak yang akan membeli dagangannya kalau waktu rush hour. Oh ya, saya juga tidak punya foto si Bapak untuk dipublish. lagipula, lebih baik kalau kalian menyapa dan bertemu si bapak secara langsung kan..


Intinya, Bapak itu mengajarkan saya, dengan keterbatasan dan kondisi apapun, kita masih bisa berusaha. Jangan menyerah dengan keadaan. Berusaha yang terbaik, lalu lihat hasilnya. Oh ya, kalo temen-temen lewat jalan pinggir BKT pas dekat dengan RS Duren sawit, usahakan mampir membeli dagangan si Bapak ya. Biasanya dia akan duduk di kursi rodanya membawa karton bertuliskan: “jual kacang dan pulsa”. Oh ya, selain itu, kacang telur yang dia jual rasanya enak (walau saya nggak mencicipi), tapi semua teman kantor yang saya kasih kacang tersebut bilang enak dan minta dibawain lagi. Hihi. Next time yaaa man-teman..

Kamis, 04 Februari 2016

Hotel Nyaman di Batam

Akhir Januari 2016 lalu, akhirnya saya mendapatkan kesempatan dari kantor untuk mengunjungi Batam. Yeay! Saya excited sekali, karena selama ini belum pernah menginjakkan kaki ke Batam. Haha. You may call me norak for that :p. Lalu, terbayanglah tas-tas kulit branded dan parfum. *dasar emak-emak, fitrah-nya buat belanja langsung nongol. First impression saya terhadap kota ini adalah rapih dan nyaman. Tata dan letak bangunan saya rasa cukup rapih, karena mereka sudah mulai mengelompokkan dimana daerah pemerintahan, daerah tempat tinggal dan daerah industri dan perdagangan.

Tersebutlah saya awalnya menginap di Nagoya Plaza Hotel, salah satu hotel yang letaknya sangat strategis di daerah Nagoya (pusat perdagangan dan perbelanjaan), nyari makan pun tinggal ngesot ke sebelah. Haha. Tapi eh tetapi, dari awal kok saya merasa nggak sreg ya sama hotel ini. Usut punya usut, ternyata hotel ini adalah hotel pertama yang berdiri di Kota Batam. Kebayang dong, gimana tuwir bangunannya. Hehe, dan saya suka agak nggak nyaman dengan bangunan tua.

Basically, pelayanan di hotel ini cukup bagus, ramah dan lumayan cepat tanggap. Tapi ya itu, karena bangunan hotelnya sudah lama, kamarnya cenderung lembab dan perabotnya pun oldiest punya. AC mereka pun tidak bisa dikecilkan atau dimatikan, karena AC-nya AC sentral. Walhasil, kedinginan bener deh. Saya sangat menyayangkan kondisi toiletnya sih. Dudukan toiletnya kotor. Yah, akhirnya kami memutuskan untuk pindah dari hotel ini.

Hari selanjutnya kami check-in di Da Vienna Boutique Hotel. Aseli saya suka banget sama hotel ini. Hotel dengan bangunan baru, design interior menarik, bersih, pelayanan ramah dan tanggap. Dan yang terpenting, jenis makanan breakfast-nya sangat variatif. Ada bubur, dimsum, mie ayam, pancake, roti-roti-an, nasi dan lauk pauk. macem-macem deh. Udah gitu rasanya enak-enak banget. Hehe. Selain itu, hotel ini juga menyediakan pinjaman stop kontak listrik yang tiga lubang atau dua lubang, jadi kita gak perlu repot beli (FYI, kayak di Singapur atau kota di luar negri lainnya, di Batam semua hotel rata-rata pakai stop kontak listrik lubang tiga).

Nah, ini foto dalam kamarnya. Sayangnya saya lupa foto kamar mandinya. Next time ya kalo kesini lagi. Hehe


Untuk rate harga semalam, mulai dari Rp 850.000 (superior room)/ malam, tetapi karena kami kemarin memakai corporate rate, maka harga kamar superior room semalam sekitar Rp 470.000. Yang jelas, kalau dinas lagi ke Batam, saya akan memilih hotel ini lagi. Karena selain hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya, lokasi hotel ini juga cukup strategis, bahkan di sebelah hotel ada Alfamart yang buka 24 jam.