Rabu, 13 Januari 2016

Go*ek oh Go*ek!

Oke, hari ini kayaknya bakal jadi 2 tulisan baru di blog saya. Soalnya lagi demotivasi kerja dan pengennya nulis aja. Hehe, gpp ya?yang nggak boleh kan, kalo lagi demotivasi kerja tapi terus pengennya makan orang..Seperti tulisan yang baru aja saya publish di blog ini, entry kali ini juga terinspirasi dari diskusi saya dan suami sepanjang perjalanan Pondok Kelapa - Kuningan sambil bermacet-macet ria di motor.

Kemarin, tiba-tiba kami ngobrol soal kenaikan harga Go*ek. Dibuka dengan pertanyaan pendek dari saya: "Yang, Go*ek udah turun lagi belom sih?", yang lalu berlanjut panjang lebar ke ranah ilmu ekonomi. Duh, siap-siap pusing deh. Hehe. Jadi, ternyata apa yang Go*ek sedang terapkan sekarang itu salah satu strategi dalam pasar ekonomi loh. 

Istilahnya "Predatory Prices". Weleh, apalagi ini? pikir saya, kepala saya langsung "tuing-tuing" begitu mendengarnya. Tapi, bagi saya yang punya background ilmu sosial ini, saya selalu excited ketika suami saya menjelaskan hal berbau ekonomi. So, apa itu Predatory Prices?

Predatory Prices itu sebenernya salah satu strategi di dalam pasar persaingan usaha yang dapat digunakan untuk 1) Membuat kompetitor usaha kalah bersaing  atau 2) Mengembalikan keuntungan. Lalu, bagaimana mekanisme-nya? Menurut suami saya, kan awalnya Go*ek menerapkan promo dan diskon harga jauh dibawah kompetitornya. Kompetitor Go*ek ga cuma layanan ojek berbasis aplikasi ya, tetapi juga angkutan umum lainnya di Jakarta. Dengan begitu, orang-orang akan berduyun-duyun memilih Go*ek sebagai pilihan utama transportasinya dan meninggalkan sarana angkutam umum lain. Iya kan lumayan bikin kita perpindah hati dari busway atau angkot ya. Terus, karena promosi dan diskon harganya berlaku cukup panjang, akhirnya warga menjadi nyaman dan bergantung menggunakan Go*ek.

That's it! dependensi alias ketergantungan. Itu tujuannya. Jadi, mirip efek narkoba ya. Hehe. Diharapkan jika Warga Jakarta sudah nyaman dan ketergantungan dengan Go*ek, akhirnya akan menjadi pelanggan setia alias loyal. Soal hasil, banyak faktor yang menentukan. Cuma yang menarik diperbincangkan, apa alasan Go*ek menerapkan hal ini. Nah, menurut Bapaknya Janthra, alasan yang mungkin lebih tepat dibalik naiknya tarif Go*ek ini adalah desakan investor yang meminta keuntungan dari modal yang sudah mereka tanamkan, Iya! Kan semasa Go*ek promosi, istilahnya mereka 'merugi' nih, tetapi masih tetap bisa bertahan ya karena andil para investor itu. Sekarang ketika investornya merasa sudah 'jatuh tempo', Go*ek akhirnya menerapkan mekanisme kenaikan harga untuk mengejar keuntungan dan menutupi kerugian yang ada. 

Hooo, gitu toh...Saya pun mengangguk ngerti sekaligus bingung. Sebenarnya mekanisme predatory prices ini ga sehat ya untuk persaingan pasar. Tapi ya, selama tidak menggunakan dana pemerintah atau dana masyarakat umum, biasanya gak akan jadi sorotan. Soalnya si owner Go*jek ini kan menggunakan dana pribadi sebagai modal dan investor. Seneng juga punya suami lulusan ilmu ekonomi, jadi bisa ngerti hal-hal macam gini. Huft! sebagai salah satu orang yang juga merasakan nyamannya menggunakan Go*ek, saya berharap semoga tarif Go*ek kembali promo..*ngarep.com

1 komentar:

  1. Bener banget si mbak, jadi ketergantungan :D Tapi naiknya masih masuk akal si, gak kayak ojek pangkalan yang suka getok harga :(

    Salam,
    Gianta

    BalasHapus