Selasa, 22 Maret 2016

Paralayang : Rasakan Sensasi Melayang di Udara!


Mumpung lagi semangat nge-blog, saya ceritanya pingin nulis cerita pengalaman yang cukup berwarna. Gak apa-apa kan yah kalo nulis ceritanya baru sekarang, tapi pengalamannya sudah lewat?haha. *Ya elah gen, siapa juga yang melarang kan. Hoho. FYI, cerita kali ini terjadi jauh sebelum saya menikah alias baru awal kerja alias masih langsing alias habis putus sama orang yang ternyata sekarang jadi suami saya. Nyahahaha..Tarikkkk mang! Siapa yang mau ikut melayang-layang di udara?mariiiii ikut saya mewujudkan salah satu Bucket List saya, yaitu: PARALAYANG.

Pernah nonton film The Bucket List yang dibintangi Morgan Freeman itu? Nah, ini versi saya..Jadi, ceritanya, setelah saya putus dengan orang yang akhirnya jadi suami saya ini (lagi-lagi disebut nih si papa-nya Janthra, panas deh kupingnya. Haha), saya punya sederet Bucket List yang ingin saya wujudkan, dan salah satunya itu adalah Paralayang. Selain itu, saya juga mengajak sahabat saya Aci untuk mencoba paralayang sebagai hadiah ulang tahun buat sahabat saya ini. Awalnya, saya pengen banget coba sky diving, supaya bisa free style di awan..haha..Cuma setelah saya survey, ternyata harga sekali sky – diving itu sekitar 1,5 sampai 2,5 juta sekali terbang..Terus, kalo mau ikut pelatihannya sampe bisa terbang sendiri, lebih gila lagi, sekitar 9 sampai berapa belas juta gitu..(lupa nominal pastinya, saking mahalnya..hehe) per 9 stages sih..udah gitu, menurut narasumber yang saya hubungi waktu itu, sekarang ini lagi susah banget buat sky- diving..karena biasanya kalo mau sky – diving itu, digabung sama latihan TNI AU, buat pengadaan pesawat dan biar lebih murah biayanya..tapi masalahnya, sat itu, TNI AU lagi padat agendanya untuk pengamanan pra dan pasca pemilu 2009.




Hal pertama yang saya lakukan demi mewujudkan 1st bucket list saya ini adalah menghubungi Ira, sahabat saya di SMU 68 Jakarta dulu. Dia lah orang yang memungkinkan semua ini terealisasi, karena dia adalah anggota divisi paralayang Aranyacala Trisakti. Wah,dia seneng banget pas saya kontak untuk nemenin Paralayang. Untuk urusan akomodasi, lebih baik pake or nyewa mobil buat ke tempat paralayang di bilangan puncak. Apalagi kalo rame – rame (karena ajang ini akhirnya sekalian jadi ajang reuni sama 3 sahabat karib saya). Biar lebih ekonomis, karena lebih murah biayanya dan lebih hemat dari segi waktu. 

Ini foto aku sama 2 sahabat SMU-ku, Dinis dan Ira (nulis ini jadi kangen banget sama mereka. Haha)
 
Kalau yang ini, sahabat saya di MAPALA UI, namanya Aci

Jadilah kami sewa mobil satu hari waktu itu dengan harga 350 ribu rupiah, sudah termasuk supir dan uang bensin..hehe. Kami berangkat dari meeting point di Salemba, sekitar jam 09.00 dan sampai di Puncak sekitar pukul 12.30..pas banget jamnya makan siang…FYI, tempat paralayang dan gantole-nya itu tidak jauh dari mesjid At – Taawun, Puncak. Agak naik keatasnya lagi. Saat itu, saya begitu excited, ketika nyampe di tempat take – off yang memang diperuntukkan buat paralayang dan Gantole (di Gunung Mas). Cuma..kok sepi ya? Kok ga ada yang terbang yah..deng..deng..Ternyata, angin dan cuacanya lagi ga bagus buat terbang…duh, gaswat, pikir saya..Dan setelah kita tanya – tanya sama orang – orang disana, termasuk Kang Amo, yang biasa bantu – bantu persiapan terbang, cuaca dan anginnya emang lagi gak bagus, makanya udah 3 hari itu ga ada yang terbang…”Lagi tailwind terus nih, udah 3 hari..udah gitu banyak tandem master yang lagi ga ada di tempat..” Kata Kang Amo.

Dueng! Terancam ga terbang dong nih…Nah, tips number one nih..seandainya niat buat paralayang or gantole, sebaiknya sebelum dateng, mending telpon dulu deh tandem master yang udah kamu kenal, buat nanya – nanya kapan waktu yang baik buat terbang, karna ga lucu donk, kalo udah dateng, terus tiba-tiba gak jadi terbang. Sekalian janjian juga sama tandem master –nya dan tentunya negosiasi harga. Untungnya, teman saya kenal sama salah satu tandem master-nya, jadi saya dapet harga “kawan”, kalau tidak salah cuma Rp 250.000/flight, dengan harga standar terbang sekitar Rp 300-350 ribu. Tapi kalo kamu punya kenalan tandem master yang baik hati, bisa dapet harga kawan, 250 ribu sekali terbang atau bahkan gratis. Hehe..Nah, setelah MAPALA UI aktif paralayang, saya sempat tuh merasakan paralayang gratis 2 sesi ditandem oleh pilot pesawat tempur. Haha. 

Hal yang juga harus diperhatikan sebelum terbang, kita harus cari Headwind (angin yg bertiup dari arah depan posisi take off hingga dapat mengisi cell-cell pada parasut supaya parasut mengembang), bukan TailWind (angin yang bertiup dari arah belakang). Akhirnya, dibantu oleh teman saya yang kenal dengan Kang Anwar, tandem masternya, si Kang Anwar nyaranin kami buat terbang bukan di Gunung Mas, tapi di Gunung Kasur, dimana Gunung Kasur itu lebih tinggi dari Gunung Mas, dan berlaku hukum kebalikan. Jadi, kalo di Gunung Mas lagi Tailwind, maka di Gunung Kasur biasanya Headwind. Asiiik! jadi terbang juga akhirnya. tapi dengan catatan kami harus menunggu perkembangan sampai jam 14.00, kalo kondisi angin ga berubah, kita terbang di Gunung Kasur. 

Setelah makan siang dan menunggu sampai pukul 14.00, ternyata kondisi angin tak membaik. Jadilah kami berangkat ke Gunung Kasur yang letaknya kira – kira 2 – 3 KM dari Gunung Mas. Sesampainya di Gunung Kasur, sedikit terkejutlah saya, ketika tahu landasan take off – nya gak ideal, gak rata, dan ditumbuhi rumput dan ilalang. Udah agak terjal ke bawah gimana gitu…iya lah, landasan di Gunung Kasur ini kan emang bukan landasan resmi untuk paralayang dan jarang dipake buat latihan. Dan ini berarti…tidak ada landasan buat landing yang memang resmi disiapkan..so..bukan ga mungkin kita landing di tanah kosong yang banyak rumput dan ilalang tajam atau kebon singkong milik warga..uppppsss… 

Di Gunung Kasur, kami juga harus memantau pergerakan angin sebelum memutuskan untuk terbang. Selagi melakukan hal tersebut, tim kang Anwar dan Kang Amo menyiapkan perlengkapan paralayang. Saya ingat waktu itu ada 2 atau 3 kerir besar, helm, karabiner, harness, pilot cover-all suit, dan tentunya parasut yang ukurannya gede banget. Hehe..Ketika Kang Anwar bertanya siapa yang akan terbang pertama, dengan antusias saya mengajukan diri untuk jadi penerbang pertama hari itu..Lalu, mulailah kang Amo memasangkan kerir dan mengencangkan harness di badan saya, serta memakaikan helm untuk keselamatan. Berikutnya Kang Anwar sudah memakai pilot cover – all suit, kerir, dan helm. Beh..it’s getting closer…haha..kemudian saya dan kang anwar bersiap di posisi take off. Kang Anwar dan Kang Amo memeriksa segala sesuatunya sekali lagi, sebelum take off, sambil memantau terus pergerakan angin. 

Kang Amo membantu saya memakaikan harness untuk terbang

Kang Anwar si Tandem Master yang baik hati
Parasut sudah dibentang di belakang, saya dan kang Anwar sudah siap di posisi take – off, dibantu oleh kang Amo yang menjaga saya di depan landasan. Saat itu, kami pake teknik reverse untuk take off-nya..Lalu angin pun bertiup kearah kami, Headwind! Kang Anwar segera meminta saya berlari menuju landasan take off yang terjal itu, sementara Kang Amo menarik saya dari depan…yak..sayangnya karena lari saya yg grabak grubuk, saya sempet keseleo dan juga parasut tidak mengembang karena anginnya tidak mengisi cell – cell parasut, maka gagal lah percobaan terbang yang pertama itu..haha…tips kedua lah kalau begitu, kalau mau paralayang, pastikan sepatu keds anda layak dan memiliki bantalan yang empuk. Selain itu, bawalah koyo atau gel untuk keseleo. Haha. Lalu, tidak mau berputus asa, kami menunggu dan bersiap untuk percobaan terbang kedua. Agak lama berselang, bahkan saya sempat duduk – duduk dan berfoto dengan kang Anwar. Tiba – tiba…”bangun de’..yuuukkk,lari yuuk..yang kenceng de’..” seru kang Anwar. Dan berlarilah saya sekuat tenaga…beberapa detik kemudian, yang terasa hanyalah terpaan angin menyapu wajah, dan bisikan Kang Anwar, “Alhamdulillah de’, kita udah di atas”.


Menunggu angin..macam pre-wed aja ya fotonya. Haha

Merapihkan parasut dan bersiap terbang

Saat itu, saya tidak bisa berhenti bertasbih mengagumi keindahan alam dari atas parasut. Melihat sawah, ladang dan kebun yang terhampar luas layaknya permadani hijau. Mengikuti pola – pola irigasi dan sengkedan yang nampak seperti labirin, memandang cakrawala yang terbentang tak terbatas. Melihat aktivitas pertanian dan perkampungan penduduk dari atas…Tak jarang, melihat sekelompok anak – anak yang berlari – lari seakan – akan mengejar parasut kami, melambai – lambai dan memanggil – manggil, begitu cerianya…benar – benar membuat saya terpukau dan tertawa lepas..lepas semua beban dan pikiran..nah, ini nih baru yang namanya nge-flywithout drugs and alcohol! lebih sehat kan?hahaha..Terbang mengelilingi bukit, terbang mendekat landasan take – off dan melihat teman – teman yang melambai – lambai dan meneriakkan nama saya…Saya pun menyempatkan diri membalas lambaian mereka. Kang Anwar juga sempat mengatakan bahwa saya beruntung, karena headwind-nya bagus dan smooth, sehingga kami bisa melakukan soaring (berputar – putar mencari dynamic lift) sampai ketinggian kami bisa melebihi bukit tertinggi yang ada disana. Wow!menakjubkan.. 


Foto ini diambil oleh sahabat saya ketika saya sedang 'mengudara' Haha


Inilah saya saat melakukan paralayang..Duh, jadi pengen lagi...

Setelah 10 sampai 15 menit terbang, Kang Anwar pun meminta saya bersiap untuk landing, dimana nantinya saya harus membentangkan kaki lurus ke depan dan mengangkatnya untuk prosedur keselamatan. Beberapa saat kemudian, Kang Anwar menunjukkan lahan kosong yang ditumbuhi rumput dan ilalang kering, yang nantinya akan kami pakai untuk landing. Namun, Kang Anwar harus melakukan manuver Big Ears (Melipat parasut agar lebih kecil untuk mengurangi ketinggian) karena angin yang saat itu berhembus kencang menghambat kami untuk landing. Akhirnya, Kang Anwar pun melakukan final approach untuk landing..menukik lah kami ke bawah dan menerobos rumput dan ilalang..How relief! Dan karena saya mendarat dengan gaya miring ke kanan dan membuat semua beban bertumpu ke kanan, tangan kanan saya saat itu terasa sakit dan kaki kanan terkilir. Haha…

Setelah melepas semua perlengkapannya, Kang Anwar pun segera menanyakan keadaan saya. Baru saja saya menjawab, “baik – baik aja kang”, tiba – tiba saya lihat darah di kelingking kanan mengalir..owww..check tangan kiri ah..besot dan goresan luka kecil pun sudah memenuhi telapak tangan…hehehe…gak apa – apa, worth it lah buat pengalaman terbang kali ini.. Nah, tips ketiga nih..kalo mau paralayang, bagusnya sih pinjem pilot cover all suit temen, atau pakai baju berlengan panjang yang cukup tebal, so ga masuk angin atau ga terlalu sakit pas landing, juga meminimalisir luka yang mungkin terjadi kalo anggota tubuh gak terlindungi. Pake hand glover juga boleh kalo ada. 

Belakangan, saya baru tau dari Kang Anwar, bahwa tempat kami paralayang di gunung kasur ini hanya diperuntukkan bagi yang sudah expert..special kan?Haha anyway, pada saat landing udah ada Bang Iwan, driver kami dan mobilnya yang siap menjemput di landasan landing dan mengantar kami ke landasan take off..nah, ini nih gunanya bawa mobil sendiri, jikalau kita terpaksa terbang bukan di tempat resmi yang memungkinkan kita harus take – off dan landing di tempat yang random. Kemudian, kami pun bergegas ke landasan take off untuk penerbangan berikutnya untuk sahabat saya, Aci. Sekian saja lah cerita saya tentang paralayang saya yang pertama dulu. Maaf ya kalau terlalu panjang ceritanya..Dimaapin kan?Hehe..*kabur terbang pake parasut.













21 komentar:

  1. Wah, keren... Aku juga semacam tertarik mencoba hal2 yg terbilang memacu adrenalin kayak gini. Takut sih, tapi exciting. Kapan yah bisa nyobain juga... :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayooo cobain, Mba Euis! kalau sudah ngerasain biasanya nagih. Hihi..

      Hapus
  2. keren Mbak :)
    saya salut sama orang-orang yang berani pada ketinggian *jempol*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba Ira..
      Dulu sih berani, tapi setelah punya anak, belum pernah coba lagi nih mba. Hahay..

      Hapus
  3. keep posting gan semangat hehe, kunjungan di sore hari, ditunggu kunjungan baliknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you gan Dary!..siap, segera meluncur..

      Hapus
  4. Gena... kerenn bangettt....
    Aku pernahnya parasailing yg di bali gitu hehehe yg versi cemen hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makbon, itu jaman muda dulu..alias belum nikah. Hihi..parasailing juga seru ya mak..aku cm smpt coba sekali..

      Hapus
  5. duh saya tuh pengen banget nyoba tapi kayanya perlu ngerti teknik teknik dasarnya dulu yah? Ini kita terbangnya sendiri apa di temenin sih teh? --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Rani! aku juga baru tau teknik dasarnya saat mau terbang kok..Biasanya akan dikasih briefing gitu..kalo gak punya sertifikat dan bukan siswa belajar paralayang, terbangnya harus tandem alias berdua sama masternya..Hehe

      Hapus
  6. Pengeeeennnn... dari dulu udah pengen bgt nyobain paralayang.. Tapi suami bnyk alasan banget -__-.. smua yg menantang adrenalin gini aku suka mbak :D.. rollercoaster, bungy jumping...cuma paralayang aku blm cobain... ampug bgt ngilangin stress ini pasti ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoooo, Mba Fanny cobain paralayang! seru loh. Hehe..stress?dijamin terbang deh tuh stressnya dari pikiran kita. Haha

      Hapus
  7. wuaaah paralayang sereeeemm ngebayanginnya. Aku aja parasailing sekali di Bali sudah kapok, ngeriiii hahaha *mama2 penakut :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Lianny..

      Hehe seruuu mba..setidaknya udah pernah coba ya mba, jadi gak penasaran lagi deh gimana rasanya. Hihi..

      Hapus
  8. Wow, kereeeeen.
    Aku nggak beraniiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Ety, makasih ya udah mampir ke Blog-ku..
      Kalo disuruh paralayang sekarang juga kayaknya aku jiper deh mba. Haha

      Hapus
  9. Geeeen, sumpah ini impian aku jugaaaa hahaha.. Berapaan nih? Pengen pisan euy!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mamiiihh, kalo dulu sih sekitar 250ribu per sekali terbang mih..mungkin sekarang udah naik jadi 300ribuan kali yaa..Kalo mamih pengen, nanti aku tanyain nomor kontaknya ke temenku yg masih aktif di paralayang. Hehe

      Hapus
  10. Gen, gunung kasur spesial ya tempatnya.. gue juga pertama kali terbang di sana bareng Opa, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa mel..katanya sih gitu.hehe..krn ga ada landasan khususnya kan

      Hapus